Selasa, 03 Desember 2013
TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN PADA SAPI
Inseminasi buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam (Toelihere, 1979). Inseminasi buatan merupakan salah satu teknik untuk perbaikan mutu genetika (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Inseminasi buatan di Indonesia mulai diperkenalkan sekitar tahun lima puluhan, dan sekarang sudah berkembang pesat sehingga di beberapa daerah sudah terdapat Balai Inseminasi Buatan (Syarief dan Sumoprastowo, 1985).
Keuntungan IB pada sapi di Indonesia antara lain peningkatan mutu genetik yang lebih cepat karena menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat biaya pemeliharaan pejantan lain dan penularan penyakit kelamin dari ternak yang diinseminasi dapat dibatasi atau dicegah (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Menurut Salisbury dan Vandemark (1961), inseminasi pada waktu yang tepat mempunyai arti yang sangat penting, karena inseminasi pada waktu yang tepat dapat mempertinggi angka kebuntingan.
1. Tatalaksana Inseminasi Buatan (IB)
Tatalaksana dalam melakukan IB meliputi beberapa tindakan yaitu deteksi berahi, penyiapan straw yang meliputi pengangkutan semen beku dan thawing, serta pelaksanaan IB.
1.1. Deteksi Berahi
Berahi (estrus) adalah saat hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi (Partodihardjo, 1980). Deteksi berahi penting dalam program IB sehingga inseminasi dapat dilakukan pada saat yang tepat (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Selama berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir tipis, bening, yang mudah melekat, jernih dan kental sering terlihat menggantung dari vulva selama berahi. Tingkah laku ternak sering menguak dan tidak tenang (Salisbury dan Vandemark, 1961).
Deteksi atau observasi berahi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, di pagi dan petang (Toelihere, 1979). Apabila estrus terlihat pagi hari maka IB harus dilakukan pada hari yang sama. Apabila estrus terjadi pada sore hari maka IB harus dilakukan pada hari berikutnya pada pagi atau siang hari (Herdis et al., 2001). Sapi perah dapat diobservasi langsung di kandang tetapi sebaiknya dikelompokkan dan dilepaskan dalam suatu halaman untuk diamati secara teliti 20 sampai 60 menit atau lebih selama periode aktif, yaitu sebelum dan sesudah diperah. Observasi sewaktu pemberian makanan tidak memuaskan. Sapi potong dapat dilepaskan di lapangan rumput dan diobservasi dari dekat (Toelihere, 1979). Inseminasi buatan dapat dilakukan di suatu kandang jepit yang dapat menampung 6 sampai 8 sapi dengan pintu-pintu samping untuk memberi kesempatan kepada teknisi untuk mendekati dan menangani sapi-sapi betina. Sapi yang berahi digiring perlahan-lahan ke kandang jepit kemudian ditambatkan pada sebuah patok untuk diinseminasi (Dirjen Peternakan, 2012).
1.2. Penyiapan Semen Beku
Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan terpilih yang diencerkan sesuai prosedur dan dibekukan pada suhu -196° C (Dirjen Peternakan, 2012). Kegunaan dari pembekuan semen adalah untuk memperpanjang masa penyimpanan semen (Partodihardjo, 1980). Semen beku yang akan digunakan untuk proses inseminasi buatan membutuhkan penanganan atau persiapan khusus. Penanganan atau persiapan tersebut adalah pengangkutan semen beku dan thawing.
1.3. Pengangkutan Semen Beku
Guna mempertahankan kehidupan spermatozoa maka semen beku harus selalu disimpan dalam bejana vakum atau container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196° C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai waktu dipakai (Toelihere, 1979). Jika telah jelas jumlah sapi yang diminta untuk diinseminasi maka yang dilakukan adalah menyiapkan termos khusus yang berlubang pada bagian tutupnya sebagai tempat nitrogen cair. Straw yang diambil dari container segera dimasukkan ke dalam termos untuk dapat dibawa ke tempat sapi betina. Lubang kecil yang dibuat pada tutup termos dimaksudkan untuk penguapan nitrogen. Tanpa adanya lubang maka tutup termos dapat terhembus dan terlempar keluar, atau termos dapat meledak (Partodihardjo, 1980).
1.4. Thawing
Semen beku yang hendak dipakai, dikeluarkan dari container dan perlu dicairkan kembali supaya dapat dideposisikan ke dalam saluran kelamin betina. Sesudah pencairan kembali (thawing), semen beku merupakan barang rapuh dan tidak dapat tahan lama hidup seperti semen cair. Semen beku yang sudah dicairkan kembali tidak dapat dibekukan lagi (Toelihere, 1979). Thawing dilakukan setelah mempersiapkan hewan betina yang akan diinseminasi. Prosedur thawing adalah mengambil straw dari termos, dan mencelupkannya ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27° C) selama setengah menit (Partodihardjo, 1980). Straw dikeluarkan dari cairan thawing, dikeringkan dengan handuk bersih, kemudian dipegang dan digulung-gulung pangkalnya di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk melonggarkan kapas dan membuatnya mudah mendorong semen sewaktu inseminasi (Toelihere, 1979).
1.5. Prosedur Inseminasi Buatan (IB)
Beberapa teknik IB antara lain inseminasi dalam vagina, inseminasi dalam serviks dengan speculum, dan teknik rektovaginal (Salisbury dan Vandemark., 1961). Teknik inseminasi dalam vagina dan inseminasi menggunakan speculum merupakan suatu cara kuno dan sekarang tidak dipergunakan lagi. Pada waktu kini lebih banyak dipakai metode rektovaginal karena lebih praktis dan lebih efektif (Toelihere, 1979).
Prosedur yang dilakukan pada teknik IB rektovaginal adalah membersihkan vulva dan bibir vulva terlebih dahulu, kemudian dihapus kering dengan kapas atau handuk kertas, dan dijaga supaya tidak ada feses diantara kedua bibir vulva. Ujung-ujung jari dirapatkan dan diberi sedikit air sabun yang tidak mengiriter mukosa, kemudian tangan kiri yang bersarung tangan karet atau plastik dimasukkan ke dalam rektum menurut irama peristaltik atau kontraksi dinding rektum. Genggam cervix dalam telapak tangan, jangan menggenggam pada vagina atau corpus. Cervix yang lebih kaku karena berdinding tebal dapat dengan mudah dikenal. Insemination gun dimasukkan melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix. Apabila lipatan-lipatan dinding vagina menghambat, cervix ditarik atau didorong ke depan untuk meluruskan rongga vagina. Kombinasi pemasukan pipet secara luwes dan relaks melewati lipatan-lipatan anuler transversal cervix dan pengarahan ke arah datangnya pipet akan membuat pipet dapat melewati lipatan-lipatan cervix dan memasuki pangkal corpus uteri. Cek adanya ujung pipet pada pangkal corpus uteri dengan jari telunjuk yang ditempatkan di mulut dalam cervix. Semen harus dideposisikan secara perlahan-lahan dalam waktu kira-kira 5 detik (Toelihere, 1979). Seluruh prosedur inseminasi sukar dikuasai tanpa peragaan. Untuk itu diperlukan latihan ketrampilan, dengan seorang instruktur yang khusus dan terampil (Partodihardjo, 1980).
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Budidaya Ternak. 2012. Pedoman Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB). Kementerian Pertanian RI, Jakarta.
Herdis, I. Kusuma dan M. Surachman. 2001. Inseminasi Buatan Teknologi Tepat Guna Solusi dalam Meningkatkan Populasi Ternak Akibat Krisis Ekonomi. Direktorat Teknologi Budidaya Pertanian Deputi Bidang TAB-BPPT, Jakarta.
Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. ITB, Bandung. (Diterjemahkan oleh DK. Harya Putra).
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.
Salisbury, G.W. dan N.L. Vandemark. 1961. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh R. Djanuar).
Siregar, S. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudono, A., R.F. Rosdiana dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Syarief, M. Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta.
Toelihere, M.R. 1979. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Wodzicka-Tomaszewska, M., I K. Sutama, I G. Putu dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh IK. Sutama, IG. Putu dan TD. Chaniago).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar