Laporan PKL Tatalaksana Inseminasi Buatan
TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN PADA SAPI PERAH DI POS INSEMINASI BUATAN KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh:
FAUSTA KRISNA MENTARI
23010110120024
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka semakin bertambah pula kebutuhan terhadap susu dan daging. Kenyataannya pemenuhan terhadap susu dan daging di Indonesia masih kurang, pemerintah terus mengimpor susu dan daging untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh produktivitas susu, daging dan populasi sapi yang masih rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas adalah inseminasi buatan. Menggunakan teknik IB dalam mengawinkan sapinya, peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan sapi jantan.
Inseminasi merupakan suatu metode kawin buatan dengan cara menyuntikkan semen pejantan ke dalam rahim betina. Inseminasi buatan dapat mempercepat memperbaiki mutu genetik ternak sehingga menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas baik. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak.
Keberhasilan dalam proses inseminasi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kondisi berahi betina, kualitas semen pejantan, pelaksana atau inseminator dan peternak. Praktek Kerja Lapangan mengenai IB perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan inseminasi oleh inseminator di lapangan.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui, mempelajari dan praktek melakukan inseminasi pada sapi dengan baik dan benar, sesuai prosedur pelaksanaan IB di Pos IB Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Manfaat yang didapat dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan menganalisa pelaksanaan inseminasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sapi Perah
Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak lainnya. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah menghasilkan susu dan anak (Arifin, 2008). Jenis sapi perah yang terkenal di Indonesia adalah sapi Fries Holand (FH). Sapi Fries Holand (FH) berasal dari negeri Belanda dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan nama Friesian. Sapi FH mempunyai kemampuan menghasilkan air susu lebih banyak daripada bangsa sapi perah lainnya, yaitu mencapai 5982 liter per laktasi, dengan kadar lemak 3,7 persen (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Bulu sapi FH murni pada umumnya berwarna hitam dan putih, kadang-kadang ada yang berwarna merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas. Selain diambil atau diperah susunya, sapi FH juga baik sebagai sapi pedaging, karena pertumbuhannya cepat dan karkasnya sangat bagus (Sudono et al., 2003).
2.2. Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam (Toelihere, 1979). Inseminasi buatan merupakan salah satu teknik untuk mempercepat perbaikan mutu genetik (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Inseminasi buatan di Indonesia mulai diperkenalkan sekitar tahun lima puluhan, dan sekarang sudah berkembang pesat sehingga di beberapa daerah sudah terdapat Balai Inseminasi Buatan (Syarief dan Sumoprastowo, 1985).
Keuntungan IB pada sapi di Indonesia antara lain peningkatan mutu genetik yang lebih cepat karena menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat biaya pemeliharaan sapi karena tidak perlu memelihara pejantan dan dapat mencegah atau membatasi penularan penyakit kelamin dari ternak yang diinseminasi karena semen dari pejantan unggul yang digunakan sudah terjamin kesehatannya (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Menurut Salisbury dan VanDemark (1961), inseminasi pada waktu yang tepat mempunyai arti yang sangat penting, karena inseminasi pada waktu yang tepat dapat mempertinggi angka kebuntingan.
2.3. Tatalaksana Inseminasi Buatan (IB)
Tatalaksana dalam melakukan IB meliputi beberapa tindakan yaitu deteksi berahi, penyiapan straw yang meliputi pengangkutan semen beku dan thawing, serta pelaksanaan inseminasi.
2.3.1. Deteksi berahi
Berahi (estrus) adalah saat hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi (Partodihardjo, 1980). Deteksi berahi penting dalam program IB sehingga inseminasi dapat dilakukan pada saat yang tepat (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Sapi berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir bening, yang mudah melekat, jernih dan kental sering terlihat menggantung dari vulva selama berahi. Tingkah laku ternak sering menguak dan tidak tenang (Salisbury dan VanDemark, 1961).
Deteksi atau observasi berahi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, di pagi dan petang (Toelihere, 1979). Apabila estrus terlihat pagi hari maka inseminasi harus dilakukan pada hari yang sama. Apabila estrus terjadi pada sore hari maka inseminasi harus dilakukan pada hari berikutnya pada pagi atau siang hari (Herdis et al., 2001). Sapi perah dapat diobservasi langsung di kandang tetapi sebaiknya dikelompokkan dan dilepaskan dalam suatu halaman untuk diamati secara teliti 20 sampai 60 menit atau lebih selama periode aktif, yaitu sebelum dan sesudah diperah (Toelihere, 1979).
2.3.2. Penanganan sapi betina yang akan di-IB
Inseminasi dapat dilakukan di suatu kandang jepit yang dapat menampung 6 sampai 8 sapi dengan pintu-pintu samping untuk memberi kesempatan kepada teknisi untuk mendekati dan menangani sapi-sapi betina (Toelihere, 1979). Persiapan sapi yang akan diinseminasi, sapi betina yang berahi dimasukkan perlahan-lahan ke suatu kandang jepit, kemudian diberi penghalang dengan diikat atau dijepit agar sapi tidak dapat leluasa bergerak (Dirjen Peternakan, 2012).
2.3.3 Penyiapan semen beku
Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan terpilih yang diencerkan sesuai prosedur dan dibekukan pada suhu -196°C (Dirjen Peternakan, 2012). Kegunaan dari pembekuan semen adalah untuk memperpanjang masa penyimpanan semen (Partodihardjo, 1980). Semen beku yang akan digunakan untuk inseminasi membutuhkan penanganan atau persiapan khusus. Penanganan atau persiapan tersebut adalah pengangkutan semen beku dan thawing.
2.3.3.1. Pengangkutan semen beku
Guna mempertahankan kehidupan spermatozoa maka semen beku harus selalu disimpan dalam container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196°C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai waktu dipakai (Toelihere, 1979). Jika telah jelas jumlah sapi yang diminta untuk diinseminasi maka yang dilakukan adalah menyiapkan termos khusus yang berlubang pada bagian tutupnya sebagai tempat nitrogen cair. Straw yang diambil dari container segera dimasukkan ke dalam termos untuk dapat dibawa ke tempat sapi betina yang berahi. Lubang kecil yang dibuat pada tutup termos dimaksudkan untuk penguapan nitrogen. Tanpa adanya lubang kecil maka tutup termos dapat terhembus dan terlempar keluar, atau termos dapat meledak (Partodihardjo, 1980).
2.3.3.2. Thawing
Semen beku yang hendak dipakai, dikeluarkan dari container dan perlu dicairkan kembali supaya dapat dideposisikan ke dalam saluran kelamin betina. Sesudah pencairan kembali (thawing), semen beku merupakan barang rapuh dan tidak dapat tahan lama hidup seperti semen cair. Semen beku yang sudah dicairkan kembali tidak dapat dibekukan lagi (Toelihere, 1979). Thawing dilakukan setelah mempersiapkan hewan betina yang akan diinseminasi. Prosedur thawing adalah mengambil straw dari termos, dan mencelupkannya ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27°C) selama setengah menit (Partodihardjo, 1980). Straw dikeluarkan dari cairan thawing, dikeringkan dengan handuk bersih, kemudian dipegang dan digulung-gulung pangkalnya di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk melonggarkan kapas supaya mudah didorong untuk mengeluarkan semen dari straw sewaktu inseminasi (Toelihere, 1979).
2.3.4. Prosedur inseminasi
Beberapa teknik inseminasi antara lain inseminasi dalam vagina, inseminasi dalam cervix dengan speculum, dan teknik rektovaginal (Salisbury dan VanDemark, 1961). Teknik inseminasi dalam vagina dan inseminasi menggunakan speculum pada sapi merupakan suatu cara kuno dan sekarang tidak dipergunakan lagi. Pada waktu kini lebih banyak dipakai metode rektovaginal karena lebih praktis dan lebih efektif (Toelihere, 1979).
Prosedur yang dilakukan pada teknik inseminasi rektovaginal adalah membersihkan vulva dan bibir vulva terlebih dahulu, kemudian dihapus kering dengan kapas atau handuk kertas, dan dijaga supaya tidak ada feses diantara kedua bibir vulva (Toelihere, 1979). Tangan kanan memegang pangkal ekor, jari-jari tangan kiri yang menggunakan glove dan sudah diberi sabun pelicin dikerucutkan untuk masuk ke dalam rektum. Tekan dinding rektum pada bagian dasar agar bibir vulva terbuka lebar, dan masukkan ujung gun ke dalam vagina (Puspitnak, 2000). Insemination gun dimasukkan melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix. Raba cervix dengan telapak tangan, jangan menggenggam pada vagina atau corpus. Cervix yang lebih kaku karena berdinding tebal dapat dengan mudah dikenal (Toelihere, 1979). Kadang-kadang ujung gun dapat tertahan di lipatan cervix. Cara menanggulanginya adalah dengan menggenggam cervix, tarik gun ke belakang sedikit kemudian dorong ke depan sehingga lipatan cervix menjadi lurus dan gun dapat dengan mudah masuk mencapai pangkal cervix (Puspitnak, 2000). Seluruh prosedur inseminasi sukar dikuasai tanpa peragaan, untuk itu diperlukan latihan ketrampilan, dengan seorang instruktur yang khusus dan terampil (Partodihardjo, 1980).
2.3.5. Sistem pencatatan (recording)
Pencatatan (recording) dalam pelaksanaan inseminasi buatan merupakan hal yang penting. Pencatatan diperlukan untuk menentukan maju mundurnya program inseminasi buatan pada satu individu betina, pada sekelompok ternak betina dalam suatu peternakan, pada sekelompok ternak betina dalam suatu daerah atau wilayah inseminasi buatan, bahkan maju mundurnya program inseminasi buatan secara nasional (Toelihere, 1979). Recording dalam suatu usaha peternakan sangat perlu dilakukan, karena berguna untuk mengetahui silsilah, kemampuan produksi, kemampuan reproduksi, dan asal-usul (Siregar, 1993). Umumnya organisasi IB di berbagai daerah memakai sistem pencatatan, bahkan ada yang memakai rangkap tiga. Satu untuk inseminator, satu untuk pemilik ternak dan satu lagi untuk Dinas Peternakan (Partodihardjo, 1980). Agar pencatatan dapat berjalan lancar, maka setiap peternak peserta peserta IB diwajibkan memiliki kartu IB yang berisi hal-hal yang diperlukan bagi pelaksanaan program IB. Kartu IB yang dimiliki oleh peternak berisi tanggal inseminasi, nomor registrasi, keadaan berahi, kode batch semen, nama inseminator, nama pemilik dan alamat (Dirjen Peternakan, 2012).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2013 sampai 5 Maret 2013 di Pos Inseminasi Buatan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan mengenai tatalaksana IB adalah sapi betina berahi milik peternak yang akan diinseminasi pada waktu Praktek Kerja Lapangan di Kecamatan Getasan, semen beku sapi jantan dan air. Alat yang digunakan adalah termos berisi nitrogen cair, insemination gun untuk mendeposisikan semen, gunting straw, plastic sheat, sarung tangan plastik untuk membungkus tangan inseminator dan kartu recording untuk mencatat kegiatan pelaksanaan IB.
3.2. Metode
Metode yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan tentang tatalaksana IB adalah survey, dengan cara mengikuti inseminator, bertanya, melihat dan praktek melaksanakan inseminasi. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pengamatan kegiatan inseminasi yang dilakukan oleh inseminator, wawancara dengan peternak dan inseminator, serta praktek pelaksanaan inseminasi (apabila diperbolehkan oleh inseminator). Data sekunder meliputi data recording mengenai IB yang diperoleh dari pos IB Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Parameter yang diamati adalah deteksi berahi yang dilakukan pada sapi betina, penanganan sapi betina yang diinseminasi, pengangkutan semen beku, thawing, prosedur inseminasi, dan sistem pencatatan.
1. Deteksi berahi: melakukan pengamatan pada sapi betina yang berahi dan melakukan wawancara dengan peternak dan inseminator.
2. Penanganan betina yang diinseminasi: melakukan pengamatan pada sapi betina yang diinseminasi dan melakukan wawancara dengan inseminator.
3. Pengangkutan semen beku: melakukan pengamatan terhadap metode pengangkutan semen beku dan melakukan wawancara dengan inseminator.
4. Thawing: melakukan pengamatan terhadap metode thawing dan melakukan wawancara dengan inseminator.
5. Prosedur inseminasi: melakukan pengamatan terhadap prosedur inseminasi, melakukan wawancara dengan inseminator dan melakukan praktek inseminasi sendiri.
6. Sistem pencatatan: melakukan wawancara dengan inseminator.
Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif mengenai deteksi berahi pada sapi betina, penanganan sapi betina yang akan diinseminasi, pengangkutan semen beku, thawing, prosedur inseminasi, dan sistem pencatatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Wilayah
Kecamatan Getasan terletak di kaki Gunung Merbabu wilayah administratif Kabupaten Semarang. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banyubiru, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang. Peta wilayah dan denah lokasi Kecamatan Getasan disajikan pada lampiran 1 dan 2. Kecamatan Getasan merupakan dataran tinggi dengan bentuk wilayah bergelombang hingga bergunung, ketinggian dari permukaan laut tertinggi berada di Dusun Ngaduman, Desa Tajuk (1750 dpl) dan terendah di Dusun Sodong, Desa Polobogo (400 dpl). Data populasi ternak terbaru per Juli 2011 menunjukkan bahwa populasi sapi perah di Kecamatan Getasan berjumlah 20324 ekor dengan jumlah akseptor pada tahun 2012 sebanyak 1775 ekor. Akseptor pada tanggal 4 Februari 2013 sampai 5 Maret 2013 sebanyak 115 akseptor disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran 3.
Tabel 1. Data Populasi Ternak Terbaru Kecamatan Getasan per Juli 2011.
No Desa Sapi Potong Sapi Perah Babi Kambing Domba
1. Kopeng 9 1235 3145 0 425
2. Tolokan 116 741 4352 0 378
3. Nogosaren 5 1055 0 0 95
4. Ngrawan 3 772 0 0 134
5. Wates 66 647 0 0 219
6. Batur 165 2603 0 0 1812
7. Getasan 0 1376 4350 0 169
8. Manggihan 112 924 0 125 164
9. Sumogawe 22 3684 4001 102 798
10. Samirono 201 1761 1450 0 425
11. Tajuk 105 2002 0 0 364
12. Jetak 57 1967 0 125 489
13. Polobogo 0 1557 400 975 1820
Jumlah 861 20324 17698 1327 7292
Sumber: BPS saat sensus sapi dan kerbau di Kecamatan Getasan.
4.2. Deteksi Berahi
Deteksi berahi dilakukan untuk memastikan kapan waktu sapi akan diinseminasi. Peternak di wilayah Kecamatan Getasan melakukan deteksi berahi pada saat pemberian pakan yaitu pada pagi dan sore hari. Peternak melakukan deteksi berahi dengan cara mengamati vulva dan tingkah laku sapi. Peternak menyatakan sapi sedang berahi apabila vulva terlihat bengkak, berlendir dan berwarna merah, serta apabila tingkah laku ternak terlihat gelisah. Menurut Toelihere (1979) deteksi atau observasi berahi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, di pagi dan petang.
Peternak yang menyatakan sapi tersebut berahi akan menghubungi inseminator untuk meminta jasa pelayanan IB. Setelah inseminator tiba di lokasi peternakan, inseminator akan segera melakukan deteksi berahi. Menurut inseminator, ternak yang sedang berahi ditandai dengan vulva yang berwarna merah, bengkak, hangat, berlendir, serta ternak tersebut terlihat gelisah dan berteriak-teriak. Salisbury dan VanDemark (1961) menyatakan bahwa berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir tipis, bening, yang mudah melekat, jernih dan kental sering terlihat menggantung dari vulva selama berahi (Ilustrasi 1). Disamping itu sapi yang berahi tingkah lakunya sering menguak dan tidak tenang.
Ilustrasi 1. Sapi Berahi yang Vulvanya Mengeluarkan Lendir.
4.3. Penanganan Sapi Betina yang Diinseminasi
Ternak yang dinyatakan berahi oleh inseminator kemudian dipersiapkan untuk segera diinseminasi. Persiapan sapi betina dilakukan dengan cara mengencangkan tali kekang ternak kemudian ditambatkan pada sebuah patok dan dipegang oleh sang pemilik ternak, hal ini dilakukan untuk memudahkan inseminator dalam melakukan inseminasi (Ilustrasi 2). Dirjen Peternakan (2012) menyatakan bahwa sapi yang berahi sebaiknya diberi penghalang dengan diikat atau dijepit agar sapi tidak dapat leluasa bergerak.
Ilustrasi 2. Sapi Betina yang Ditambatkan.
4.4. Pengangkutan Semen Beku
Semen beku yang terdapat di Pos IB Kecamatan Getasan disimpan dalam sebuah container besar tipe 34XT dengan volume 34 liter yang berisi nitrogen cair. Toelihere (1979) menyatakan semen beku harus selalu disimpan dalam container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196°C untuk mempertahankan kehidupan spermatozoa.
Pengangkutan semen beku dari Pos IB Kecamatan Getasan menuju ke peternak ada 2 macam, yaitu pengangkutan menggunakan tabung reaksi dan pengangkutan menggunakan termos berisi nitrogen cair. Pengangkutan semen dilakukan setelah inseminator mendapat permintaan inseminasi dari peternak. Pengangkutan cara pertama yaitu dengan tabung reaksi dilakukan apabila jarak yang ditempuh dari Pos IB menuju peternak selama 15-30 menit, serta jumlah straw yang diangkut tidak lebih dari tiga (Ilustrasi 3). Metode pengangkutan dengan tabung reaksi ini sekaligus thawing dalam air biasa suhu luar yaitu ± 25°C.
Ilustrasi 3. Tabung Reaksi untuk Pengangkutan dan Thawing.
Pengangkutan cara kedua yaitu menggunakan termos berisi nitrogen cair (Ilustrasi 4). Metode pengangkutan semen beku menggunakan termos berisi nitrogen cair dilakukan apabila jarak yang ditempuh lebih dari 30 menit dan apabila jumlah straw yang diangkut lebih dari tiga. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa straw yang akan dibawa ke tempat sapi betina sebaiknya dimasukkan ke dalam sebuah termos berisi nitrogen cair agar spermatozoa tidak mati.
Ilustrasi 4. Termos Berisi Nitrogen Cair.
4.5. Thawing
Thawing yang dilakukan sebelum inseminasi berfungsi untuk mengencerkan kembali semen beku. Proses thawing di Pos IB Kecamatan Getasan dilakukan dengan mencelupkan straw dalam air biasa suhu luar yaitu ± 25°C. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa thawing dilakukan dengan mencelupkan straw ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27°C). Namun proses thawing di Pos IB Kecamatan Getasan dilakukan terlalu lama yaitu 15-30 menit. Hal ini dikarenakan thawing dilakukan selama semen beku diangkut dalam tabung reaksi (Ilustrasi 3).
Menurut Partodihardjo (1980), thawing dilakukan selama setengah menit. Proses thawing yang terlalu lama dapat mengakibatkan kegagalan kebuntingan, karena kemungkinan spermatozoa yang ada pada semen beku ketika diinseminasikan motilitasnya rendah. Toelihere (1979) menyatakan jarak waktu antara thawing dan inseminasi yang terlalu lama dapat menimbulkan penurunan fertilitas semen. Apabila straw yang akan digunakan untuk inseminasi diangkut dalan termos berisi nitrogen cair, maka proses thawing tidak dilakukan. Straw yang baru dikeluarkan dari termos kemudian dimasukkan dalam insemination gun. Thawing tidak dilakukan dengan alasan semen beku akan mencair dengan sendirinya oleh suhu tubuh sapi betina ketika sudah diinseminasi. Thawing yang tidak dilakukan dapat menyebabkan spermatozoa mati, disebabkan oleh kenaikan suhu yang drastis. Toelihere (1979) menyatakan bahwa suhu semen beku yang naik turun akan mematikan spermatozoa.
4.6. Prosedur Inseminasi
Teknik inseminasi yang digunakan oleh inseminator di Pos IB Kecamatan Getasan adalah inseminasi metode rektovaginal. Apabila ternak telah dipastikan dalam keadaan berahi, inseminator akan mempersiapkan insemination gun yang digunakan untuk melakukan inseminasi (Ilustrasi 5). Persiapan yang dilakukan adalah mengambil straw dari tabung berisi air yang telah dithawing terlebih dahulu, kemudian masukkan straw tersebut ke dalam insemination gun. Memotong ujung straw tepat di bawah penyumbat dengan menggunakan gunting, kemudian memasang plastic sheat pada insemination gun. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa teknik mempersiapkan insemination gun adalah memasukkan straw ke dalam insemination gun, gunting ujung straw, kemudian membungkus insemination gun dengan plastic sheat.
Ilustrasi 5. Menyiapkan Insemination Gun.
Setelah insemination gun siap, inseminator akan melakukan palpasi rektal menggunakan tangan kiri yang telah memakai glove dan telah dibasahi dengan air dan sabun yang bertujuan untuk mempermudah palpasi ketika tangan masuk ke dalam rektum. Tangan kiri dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rektum dengan posisi telapak tangan mengerucut. Apabila terdapat feses di dalam rektum, maka rektum dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan feses. Setelah rektum bersih, tangan kiri kembali dimasukkan ke dalam rektum untuk melakukan palpasi rektal yang bertujuan untuk mencari letak cervix sapi betina agar semen dapat dideposisikan. Setelah cervix ditemukan, genggam cervix kemudian masukkan insemination gun dari vulva menuju vagina sampai ke cervix (Ilustrasi 6). Semen kemudian dideposisikan di pangkal cervix.
Ilustrasi 6. Melakukan Inseminasi.
Toelihere (1979) menyatakan bahwa cara untuk melakukan inseminasi adalah memasukkan insemination gun melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix pada posisi 4 (Ilustrasi 7). Posisi dengan nomor yang kecil (3, 2, 1, 0) memberi angka konsepsi yang rendah sedang penempatan semen pada posisi dengan nomor yang makin besar (5, 6, 7) makin merusak jaringan endometrium.
Ilustrasi 7. Skema Posisi Peletakan Semen (Toelihere, 1979).
4.7. Sistem Pencatatan (Recording)
Recording di Pos IB Kecamatan Getasan berguna untuk mengetahui siklus berahi ternak, mengecek kebuntingan, mengetahui usia kebuntingan dan mengetahui waktu kelahiran. Siregar (1993) menyatakan bahwa recording dalam suatu usaha peternakan berguna untuk mengetahui kemampuan reproduksi suatu ternak. Sistem pencatatan yang terdapat di Pos IB Kecamatan Getasan ada dua macam, yaitu kartu kegiatan IB yang diberikan oleh inseminator kepada pemilik ternak yang dapat dilihat pada lampiran 4, dan sistem pencatatan milik inseminator sendiri. Sistem pencatatan milik inseminator tersebut akan dibuat dalam bentuk laporan pada setiap akhir bulan untuk kemudian diberikan pada Dinas Peternakan. Format laporan IB di Pos IB Kecamatan Getasan disajikan pada lampiran 5. Hal-hal yang dicatat pada kartu recording di Pos IB meliputi tanggal IB, nama pejantan dari semen beku, nomor batch straw, status berahi, serta tanda tangan petugas.
Menurut Dirjen Peternakan (2012), kartu IB yang dimiliki oleh peternak berisi tanggal, nomor registrasi, tingkat berahi, kode semen, nama inseminator, nama pemilik dan alamat. Sistem pencatatan yang dimiliki oleh inseminator berisi tanggal IB, nomor register, inseminasi ke-, nama pemilik ternak, alamat, kode semen, dan paraf petugas. Sebenarnya di Pos IB Kecamatan Getasan terdapat program pencatatan secara komputerisasi dengan menggunakan aplikasi bernama SISI (Sistem Informasi Sapi Perah Indonesia) yang diberikan oleh Dinas Peternakan (Ilustrasi 8). Namun karena tidak ada petugas yang bekerja mengolah data dan karena ternak di Kecamatan Getasan belum semua diidentifikasi, maka aplikasi ini tidak digunakan.
Ilustrasi 8. Aplikasi Recording SISI (Sistem Informasi Sapi Perah Indonesia)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Deteksi sapi berahi oleh peternak berdasarkan pada vulva berwarna merah, bengkak, hangat, berlendir, ternak yang terlihat gelisah dan berteriak-teriak. Penangan sapi betina yang akan di-IB dilakukan dengan menambatkan ternak pada patok. Pengangkutan semen beku yang hanya menggunakan tabung reaksi berisi air dan proses thawing dilakukan selama perjalanan dari Pos IB sampai ke lokasi peternakan. Teknik IB menggunakan metode rektovaginal. Sistem pencatatan ada dua macam yaitu sistem pencatatan yang dimiliki oleh peternak dan sistem pencatatan yang dimiliki oleh inseminator.
5.2. Saran
Metode pengangkutan semen beku di Pos IB Kecamatan Getasan sebaiknya menggunakan termos ataupun container kecil yang telah diberi oleh Dinas Peternakan agar kualitas semen tetap baik dan proses thawing yang dilakukan sebaiknya tidak terlalu lama. Perlu dilakukan pencatatan yang baik untuk data evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan IB.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, R. 2008. Budidaya Ternak Sapi Perah (Cultivation Livestock Dairy Cow). http://www.bejok.com. 18 Maret 2013
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Budidaya Ternak. 2012. Pedoman Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB). Kementerian Pertanian RI, Jakarta. www.deptan.go.id. 21 Januari 2013
Herdis, I. Kusuma, dan M. Surachman.2001. Inseminasi Buatan Teknologi Tepat Guna Solusi dalam Meningkatkan Populasi Ternak Akibat Krisis Ekonomi. Direktorat Teknologi Budidaya Pertanian Deputi Bidang TAB-BPPT, Jakarta.
Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. ITB, Bandung. (Diterjemahkan oleh: D.K. Harya Putra)
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.
Pusat Pengembangan Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio Ternak (Puspitnak). 2000. Tata Cara Inseminasi Buatan pada Sapi. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. www.agribisnis.deptan.go.id. 21 Januari 2013
Salisbury, G.W., dan N.L. VanDemark. 1961. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: R. Djanuar)
Siregar, S. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudono, A., R.F. Rosdiana, dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Syarief, M. Z., dan R.M. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta.
Toelihere, M.R. 1979. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Wodzicka-Tomaszewska, M., I K. Sutama, I G. Putu, dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh: I.K. Sutama, I.G. Putu, dan T.D. Chaniago)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Wilayah Kecamatan Getasan
Lampiran 2. Denah Pos IB Kecamatan Getasan
Lampiran 3. Daftar Akseptor Inseminasi Buatan di Pos IB Kecamatan Getasan
Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas
4 Feb 2013 1. Badi Ngelo Braden Harmanto
2. Turut Kalipancur Braden Harmanto
3. Wardi Padan Braden Bardi
4. Rusiana Getasan Braden Bardi
5 Feb 2013 1. Kardi Tajuk Braden Harmanto
2. Sutrisno Batur Braden Bardi
3. Marsudi Sumogawe Justin Bardi
4. Rusno Jampelan Justin Agus
5. Jasman Ngrawan Braden Bardi
6. Waluyo Tayeman Prakosa Bardi
6 Feb 2013 1. Suwardi Batur Braden Harmanto
2. Marsudi Sumogawe Filmore Bardi
3. Junet Batur Braden Harmanto
4. Wagimin Krangkeng Braden Bardi
5. Karno Samirono Braden Bardi
6. Marsudi/0087 Sumogawe Filmore Bardi
7 Feb 2013 1. Wahono Gedhong Braden Bardi
2. Darmo Sumogawe Braden Harmanto
3. Tomi Ngelo Prakosa Bardi
4. Sigit Kopeng Braden Bardi
8 Feb 2013 1. Tubari Ngrawan Braden Bardi
2. Juri Nagasaren Prakosa Bardi
3. Bambang Salaran Braden Bardi
4. Yono Kopeng Braden Bardi
5. Junet Batur Prakosa Harmanto
6. Judi Dukuh Justin Bardi
7. Karsono Kebonpete Justin Bardi
8. Rasubi Pandanan Prakosa Bardi
9 Feb 2013 - - - - -
10 Feb 2013 1. Soni Batur Prakosa Bardi
2. Junedi Gedhong Braden Bardi
3. Sutarman Gedhong Braden Bardi
4. Soleh Ngagrong Braden Bardi
11 Feb 2013 1. Kelik Merapi Braden Bardi
2. Sardi Ketawang Prakosa Harmanto
3. Karnoto Mulungan Prakosa Harmanto
4. Ngadi Tajuk Braden Harmanto
5. Tarman Kalipancur Braden Agus
6. Budi Getasan Braden Bardi
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas
12 Feb 2013 1. Pandi Sewu Braden Agus
2. Musimin Kalipancur Prakosa Bardi
3. Yadi Padan Braden Bardi
4. Sumeri Nagasaren Justin Bardi
13 Feb 2013 1. Seno Ngrawan Braden Harmanto
2. Ngadi Ngrawan Braden Harmanto
14 Feb 2013 1. Slamet Kopeng Braden Bardi
2. Junedi Ngrawan Braden Bardi
3. Muhammad Ngelo Justin Harmanto
4. Karyono Nagasaren Justin Bardi
5. Jono Ngablak Braden Bardi
15 Feb 2013 - - - - -
16 Feb 2013 1. Hendi Krangkeng Braden Bardi
17 Feb 2013 1. Noto Getasan Braden Bardi
2. Sutiyo Nagasaren Braden Bardi
3. Sodiq Nagasaren Braden Bardi
4. Harman Tolokan Braden Agus
5. Suto Dalangan Prakosa Agus
6. Seno Getasan Justin Agus
7. Paimin Krangkeng Prakosa Agus
18 Feb 2013 1. Pardi Kopeng Braden Bardi
2. Darmuji Krangkeng Braden Bardi
3. Sumani Mulungan Braden Harmanto
4. Riyono Pandanan Justin Agus
19 Feb 2013 1. Maryoto Krangkeng Braden Harmanto
2. Bejo Nagasaren Braden Bardi
3. Wandi Nagasaren Braden Bardi
4. Marsudi/L323 Sumogawe Filmore Bardi
5. Marsudi/06000 Sumogawe Filmore Bardi
20 Feb 2013 1. Sumar Krangkeng Justin Bardi
2. Karyono Nagasaren Justin Agus
3. Sukardi Ngrawan Braden Bardi
4. Sunar Padan Braden Bardi
5. Ferdi Bumiharjo Braden Harmanto
21 Feb 2013 1. Marimin Ngrawan Braden Bardi
2. Ezka Nagasaren Braden Bardi
3. Waluyo Nagasaren Braden Bardi
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas
22 Feb 2013 1. Yono Kopeng Prakosa Harmanto
2. Rebo Gedhong Prakosa Harmanto
3. Suradi Mulungan Prakosa Harmanto
4. Paidi Deplongan Prakosa Bardi
5. Pardi Sewu Prakosa Banjar
6. Broto Polobogo Justin Agus
23 Feb 2013 1. Muji Blancit Braden Bardi
2. Sutrisno Kasiran Braden Bardi
3. Darno Krangkeng Braden Bardi
4. Sutimin Krangkeng Justin Bardi
5. Soleh Ngagrang Braden Agus
24 Feb 2013 - - - - -
25 Feb 2013 1. Marno Kopeng Justin Agus
2. Margono Kenteng Prakosa Harmanto
3. Rasidi Thekelan Braden Tarman
4. Narto Bagongan Prakosa Harmanto
26 Feb 2013 1. Parjan Gondang Prakosa Harmanto
2. Rasid Getasan Prakosa Harmanto
3. Narto Ngrawan Prakosa Harmanto
27 Feb 2013 1. Soleh Ngagrang Justin Agus
2. Kosman Ngrawan Braden Bardi
3. Nova Dalangan Braden Bardi
4. Kabul Mulungan Prakosa Agus
5. Sutari Getasan Justin Agus
28 Feb 2013 1. Suhut Kledokan Prakosa Harmanto
2. Daryono Ploso Prakosa Tarman
3. Trisno Ngagrang Prakosa Agus
1 Mar 2013 1. Yono Srandil Braden Tarman
2. Agus Kalipancur Justin Agus
3. Badi Kopeng Prakosa Agus
4. Pardi Batur Prakosa Harmanto
2 Mar 2013 1. Yamin Thekelan Prakosa Tarman
2. Subardi Thekelan Prakosa Tarman
3. Mardi Kopeng Braden Agus
4. Junedi Nagasaren Prakosa Agus
5. Noto Ngrawan Prakosa Agus
3 Mar 2013 - - - - -
4 Mar 2013 1. Pardi Nagasaren Prakosa Harmanto
2. Ngadi Getasan Justin Bardi
3. Sumardi Kopeng Prakosa Bardi
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas
5 Mar 2013 1. Darno Kopeng Braden Agus
2. Indra Batur Braden Bardi
3. Tanto Nagasaren Prakosa Bardi
Lampiran 4. Kartu Kegiatan Inseminasi Buatan
Lampiran 5. Format Laporan Inseminasi Buatan
Lampiran 6. Surat Keterangan Praktek Kerja Lapangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar