Selasa, 24 Desember 2013

Kritik dan Saran Perkuliahaan TIK

Penerapan metode pembelajaran secara "active learning" sangat baik dan berhasil, dimana mahasiswa  berperan aktif dalam penyampaian maupun pemahaman materi. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh dosen berhasil membuat mahasiswa nyaman, sehingga tidak ragu bahkan takut untuk bertanya tentang materi yang mungkin kurang dipahami. Komunikasi  dosen juga menggunakan bahasa-bahasa yang selalu "update" sehingga tidak terkesan terlalu formal, sehingga mahasiswa juga tidak terlalu kaku dalam penyampaian pertanyaan-pertanyaan. Kekurangan mungkin berada dalam penguasaan mahasiswa sendiri waktu presentasi, sehingga banyak teman yang cenderung ngobrol sendiri saat presentasi dilakukan. Sarannya untuk semua teman-teman kelas F agar saling mengahargai sesama dan mau meluangkan sedikit waktu untuk memperhatikan apa yang dipresentasikan temannya, sehingga bila saatnya kita presentasi ada yang merhatiin juga. OTREEE..,
Kata terakhir "so far so good" dech untuk kegiatan perkuliahan kita....semoga ilmu yang sudah didapatkan dapat bermanfaat kedepannya...
Terimakasih untuk bapak dan ibu dosenku....

Senin, 23 Desember 2013

LEAFLET PETERNAKAN MENGENAI TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN

Isi dari leaflet yang disajikan adalah sebagai berikut:

Tatalaksana dalam melakukan IB meliputi beberapa tindakan yaitu:
A. Deteksi Berahi
            Sapi berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir bening, yang mudah melekat, jernih dan kental, tingkah laku ternak sering menguak dan tidak tenang.

B. Pengangkutan Semen Beku
            Guna mempertahankan kehidupan spermatozoa maka semen beku harus selalu disimpan dalam container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196°C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai waktu dipakai.

C. Thawing
Semen beku yang hendak dipakai, dikeluarkan dari container dan perlu dicairkan kembali (thawing) supaya dapat dideposisikan ke dalam saluran kelamin betina. Prosedur thawing adalah  mengambil straw dari termos, dan mencelupkannya ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27°C) selama setengah menit.

D. Prosedur Inseminasi

Prosedur yang dilakukan adalah membersihkan vulva dan bibir vulva terlebih dahulu. Tangan kanan memegang pangkal ekor, jari-jari tangan kiri yang menggunakan glove dan sudah diberi sabun pelicin dikerucutkan untuk masuk ke dalam rektum. Tekan dinding rektum pada bagian dasar agar bibir vulva terbuka lebar, dan masukkan ujung gun ke dalam vagina. Insemination gun dimasukkan melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix. Raba cervix dengan telapak tangan, jangan menggenggam pada vagina atau corpus. Semen kemudian dideposisikan di pangkal cervix.


Dengan tampilan leaflet sebagai berikut:



Selasa, 03 Desember 2013


DESKRIPSI BANGSA DOMBA

Doma Merino
Panjang bulu mencapai 10 cmBadan lebar tertutup wol tebal dan merata
Jantan bertanduk besar dan mebelit, betina tidak bertanduk
Bobot badan dewasa jantan 70-80 kg, betina 45-60 kg
Kepala besar, ditumbuhi bulu merata.
Telinga menghadap ke depan
Kualitas wol baik, dan halus
Kaki kokoh dan tidak terdapat bulu di bagian bawah
Leher pendek dan tebal

Domba Lincoln
Badan persegi, tinggi dan lebar
Panjang wol 20-38 cm
Domba jantan bertanduk, betina tidak bertanduk
Domba terbesar denga bobot dewasa jantan 113-160 kg, betina 90-113 kg
Kepala lebih besar, berwarna putih kebiruan, dan terdapat lapisan wol yang lebat
Telinga menghadap ke depan
Kualitas wol  kasar, keriting, dan mengkilap dan berukuran panjang
Kaki kokoh dan penuh wol kecuali bawah kaki depan
Leher panjang

Domba Dorset
Tubuh panjang, lebar dan dalam, berbentuk segi empat
Terdapat dua kelompok jantan dan betina bertanduk, serta jantan dan betina tidak bertanduk
Bobot dewasa jantan mencapai 100 kg, betina 80 kg
Terdapat beberapa warna tubuh dan umumnya hanya satu warna pada satu domba
Leher pendek
Kaki panjang
Domba Suffolk
Badan besar, garis perut rendah
Tidak bertanduk
Bobot domba jantan hingga 60 kg
Warna muka dan kaki hitam
Leher panjang
Kaki pendek

article by Kismiyati

MANAJEMEN PEMELIHRAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA(PE) CALON KONTES DI PETERNAKAN KANDANG JOGLO, DESA SUMER JATIPOHON-KAB.GROBOGAN-JAWA TENGAH

MANAJEMEN PEMELIHRAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA(PE) CALON KONTES DI PETERNAKAN KANDANG JOGLO, DESA SUMER JATIPOHON-KAB.GROBOGAN-JAWA TENGAH LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Oleh : ARYYA MULYA DHUHITTA 23010110120059 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan telah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi. Kebutuhan gizi tersebut bisa dipenuhi dari daging dan susu yang didapatkan dari ternak. Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu ternak yang dikenal sebagai ternak dwiguna yaitu ternak penghasil daging dan susu, ternyata selain penghasil daging dan susu kambing PE juga memiliki nilai fancy atau hiburan bagi pemiliknya. Peternakan Kambing PE khususnya di Jawa Tengah belum terlalu banyak dibandingkan dengan peternakan sapi yang ada di Jawa Tengah. Perkembangan peternakan kambing PE belum banyak tetapi pemeliharaan kambing PE ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan sapi, karena kambing PE ini tumbuhnya cepat dan cocok untuk ternak penghasil daging, produksi susu yang tinggi, masa reproduksi yang singkat serta memiliki nilai fancy atau hiburan sehingga kambing PE ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Usaha pembibitan adalah salah satu cara untuk meningkatkan jumlah populasi ternak yang ada. Peternakan Kandang Joglo ini melakukan usaha pembibitan dengan cara memperhatikan garis keturunan ternaknya karena ternak yang ada di Peternakan Kandang Joglo merupakan ternak yang digunakan sebagai hiburan atau fancy sehingga jika garis keturunan yang baik diharapkan akan mempunyai keturunan yang baik dan memiliki nilai jual yang tinggi di kalangan peminat kambing PE. Kualitas atau performa ternak tidak hanya dipengaruhi oleh garis keturunan yang baik tetapi juga di pengaruhi oleh lingkungannya, manajemen pemeliharaan yang baik akan menghasilkan ternak yang kualitasnya baik pula. Manajemen pemeliharaan induk anak merupakan faktor penting jika pemeliharaan induk saat sebelum kawin, saat bunting dan sapih tidak tepat maka dapat mengakibatkan gagalnya perkawinan, cacat pada janin dan mortalitas anak akan besar. Tujuan Praktek Kerja Lapangan adalah melakukan praktek kerja langsung untuk menambah wawasan tentang dunia peternakan khususnya peternakan kambing PE serta membandingkan ilmu yang telah didapat yaitu manajemen pemeliharaan induk anak dalam usaha peternakan kambing PE di peternakan Kandang Joglo Desa Jati Pohon, Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Manfaat setelah dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan bisa mengetahui bagaimana manejemen pemeliharaan induk anak yang baik dan mendapat bekal yang lebih ketika ingin membuat peternakan sendiri serta mengetahui masalah yang dihadapi selama mengelola peternakan tesebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kambing Peranakan Etawa Pada jaman penjajahan Belanda, penjajah Belanda membawa kambing yang berasal dari India yang dikenal dengan Jamunapari. Jamunapari ini dibawa penjajah Belanda ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan susu untuk pemerintah kolonial Belanda, tetapi di Indonesia Jamunapari dikenalkan dengan nama kambing Etawa, karena kambing Etawa tadi jumlahnya terbatas maka kambing Etawa tersebut disilangkan dengan kambing asli Indonesia yaitu kambing kacang yang kemudian hasil persilangan tersebut dikenal dengan kambing Peranakan Etawa (PE) ( Murtidjo,1993) . Kambing PE merupakan ternak yang memiliki fungsi dwiguna yaitu ternak yang dipelihara untuk diambil daging dan susunya. Kambing PE memiliki muka yang cembung dan dagu berjanggut, di bawah leher terdapat gelambir yang tumbuh dari bawah sudut janggut, telinga panjang, lembek, menggantung dan pada ujung telinganya melipat,tanduk berdiri tegak dan mengarah kebelakang, panjang tubuh 6,5-24,5 cm, tinggi tubuh (gumba) 70-90 cm, tubuh besar, pipih, bentuk garis tubuh seolah-olah mengombak kebelakang, bulu tampak tumbuh panjang dibagian leher, pundak dan paha (Mulyono dan Sarwono, 2008). Kambing memiliki produktivitas yang tinggi, bobot badan kambing PE ini mencapai 32-37 kg dan produksi susunya mencapai 1-1,5 liter per harinya, dalam pemeliharaan intensif kambing PE bisa beranak 2-3 ekor tiap kelahiran (Murtidjo,1993). 2.2 Pemeliharaan Induk Anak Pemeliharaan kambing ada 2 macam yaitu pembibitan dan penggemukan. Usaha pembibitan adalah pemeliharaan ternak kambing dengan cara mengembangbiakan ternak tersebut kemudian untuk anak jantan digemukan selama beberapa waktu tertentu untuk dijual kemudian, sedangkan untuk anak betina dipelihara guna dijadikan sebagai calon indukan. Usaha penggemukan adalah pemeliharaan anakan jantan umur 6 bulanan dan kemudian digemukan dalam waktu tertentu dan kemudian dijual ( Sugeng,1991). Sistem pemeliharaan ada 3 yaitu pemeliharaan secara intensif, semi intensif, ragut lepas. Sistem pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan dimana ternak ada di dalam kandang dan tidak dilepas untuk merumput, sistem ini biasanya digunakan peternak yang tidak memiliki ladang penggembalaan, untuk induk bunting, selepas beranak dan calon pejantan, pemeliharaan intensif memerlukan pengawasan terhadap kesehatan ternak dan kebersihan kandang. Sistem pemeliharaan semi intensif adalah pemeliharaan dengan cara kambing dilepaskan saat siang hari dan dikandangkan saat malam hari, hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan ternak untuk merumput secara bebas dan anak kambing terkena cahaya matahari untuk memperlancar pertumbuhannya dan bergerak bebas. Sistem ragut lepas adalah pemeliharaan dengan cara ternak digembalakan sepanjang waktu dan tidak dikandangkan, berternak secara ragut lepas ini sulit karena membutuhkan ladang yang luas dan pengawasan yang ketat (Murtidjo,1992). Pemeliharaan induk anak merupakan sistem pemeliharaan yang dilakukan dalam usaha pembibitan dari induk bunting sampe melahirkan kemudian pembesaran anak yang dilahirkan. Pemeliharaan induk di mulai saat kebuntingan memasuki 2 bulan terakhir sebelum beranak,hal yang dilakukan pada induk yang kebuntingan 2 bulan terakhir adalah memisahkan induk tersebut dengan kambing yang lain sehingga menghindarkan induk bunting dari kemungkinan penandukan-penandukan dari kambing lainnya, induk bunting memerlukan asupan pakan yang cukup sehingga pertumbuhan fetus berlangsung baik, olahraga perlu dilakukan untuk induk bunting karena biasanya induk bunting dipelihara secara intensif sehingga kadang mengalami kegemukan yang mengakibatkan sulitnya kelahiran maka dari itu olahraga perlu dilakukan untuk memperlancar peredaran-peredaran darah dan menghindarkan dari kegemukan sehingga proses kelahiran lancar ( Murtidjo,1993). Cempe yang sudah dilahirkan biasanya 30 menit sudah bisa berdiri, apabila sudah sanggup berdiri cempe tersebut dibawa ke induknya untuk memperoleh susu pertama ( colostrum ), colostrum biasanya dikeluarkan sejak induk melahirkan sampai 1 minggu setelah kelahiran. Colostrum berfungsi untuk pembentukan antibodi maka colostrum penting untuk cempe yang dilahirkan. Saat cempe memasuki usia 3 bulan sebaiknya sudah disapih atau dipisah dan tidak lagi menyusu pada induknya,sehingga induk siap dikawinkan lagi saat kondisi sudah pulih, penyapihan cempe dapat diawali pada usia 2,5 bulan dengan cara sehari disusukan induknya dan sehari lagi tidak disusukan kemudian sehari disusukan dan dua hari tidak disusukan sampai usia 3 bulan sehingga sudah tidak menyusu induknya dan dikandang bersama kelompoknya ( Murtidjo, 1993 ). 2.3 Perkandangan Perkandangan merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan suatu peternakan kambing komersial. Perkandangan terdiri dari kandang dan sarana pendukungnya, kandang harus menjamin kesehatan ternak, selain itu juga tidak mengganggu lingkungan sekitar peternakan. Sarana pendukung digunakan untuk memudahkan pengelolaan seperti pengawasan ternak, memudahkan pemberian pakan dan pengumpulan kotoran, dan mencegah dari serangan beragai penyakit serta untuk efisiensi reproduksi ( Chaniago, 1993). Sarana pendukung yaitu mess, gudang pakan, mushola, timbangan, lahan hijauan, tempat penampungan limbah ( Murtidjo, 1993). Kandang merupakan merupakan tempat ternak untuk hidup,berproduksi dan berkembangbiak,kandang harus dibuat senyaman mungkin agar produksi dari ternak bisa maksimal dan memudahkan tenaga kerja untuk mengelola dan merawat ternak ( Purbowati, 2009). Kandang yang baik tidak perlu menggunakan bahan yang mahal tetapi bisa menggunakan bahan yang sederhana misalnya untuk bahan kandang terbuat dari bambu sedangkan bahan atap bisa menggunakan rumbia,daun tebu dan anyaman ilalang ( Murtidjo,1993). Kandang kambing dibuat sesuai dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengelolaanya, melihat dari tujuannya untuk memudahkan pengelolaanya kandang kambing dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kandang utama biasanya digunakan untuk penggemukan dan ukurannya 1x1 m, kandang induk anak merupakan kandang yang digunakan untuk induk yang menyusui anaknya hingga masa sapih, seekor induk membutuhkan kandang ukuran 1,5x1,5 m dan untuk anaknya membutuhkan kandang ukuran 0,75x1 , dan biasanya kandang induk anak digunakan selama 3 bulan atau lepas sapih. Kandang pejantan merupakan kandang untuk pejantan yang akan digunakan sebagai pemacak, kandang pejantan biasanya dibuat cukup luas serta memperleh sinar matahari pagi dan biasanya kandang kambing pejantan terpisah dengan kandang kambing lainnya tetapi tidak jauh dari kandang betina, hal ini berfungsi untuk menjaga nafsu kawinnya agar tetap baik, ukuran untuk kandang kambing pejantan 2x 1,5 m ( Murtidjo,1993 ). Kandang kambing dibagi menjadi 2 yaitu tipe panggung dan lemprak, kandang panggung merupakan tipe kandang yang kontruksi lantainya di buat sistem panggung sehingga tipe kandang panggung memilik kolong dibagian bawah kandang yang dibuat lebih rendah dari permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencing tidak tercecer, alas kandang sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang telah diawetkan sehingga terhindar dari kelapukan dan jaraknya di buat 1,5-2 cm sehingga kotoran bisa jatuh dan kambing tidak terjepit kakinya, dinding kandang di buat setinggi 60-80 cm sehingga ternak terhindar dari terpaan angin kencang dan dinding tersebut dibuat bercelah sehingga udara dan sinar matahari pagi bisa masuk, ketinggian panggung dari tanah minimal 50cm dari permukaan tanah dan terdapat palung pakan untuk memudahkan peternak memberi pakan dan minum,palung pakan alasnya berukuran 25-40cm, lebar atasnya 40- 50cm dan tinggi palung pakan 30-40cm,lubang masuk kepala kambing mencapai makanan 20-25cm. Kandang lemprak merupakan kandang yang tidak memilik alas dan biasanya hanya beralaskan tanah yang bercampur dengan kotoran dari ternak,pakan yang diberikan juga tidak ditempatkan pada palung tetapi diletakan di alasnya saja atau di gantungkan dengan bambu ( Murtidjo,1993 ). Kandang harus bersih sehingga ternak terhindar dari penyakit maka dari itu perlu dilakukan sanitasi setiap harinya,sanitasi sebaiknya dilakukan 2 kali sehari sehingga kotoran yang ada tidak menumpuk dan kandang tetap bersih, sanitasi biasanya dilakukan pagi dan sore sebelum pemberian pakan untuk ternak (Purbowati,2009). Penyakit pada ternak biasanya berasal dari bakteri maupun jamur yang ada dikandang yang kurang bersih, penyakit yang menyerang kambing biasanya scabies , kembung dan lain sebagainya. Limbah yang dihasilkan dari hewan ternak berupa limbah cair dan limbah padat dan cair, dimana dampak dari pencemaran yang diakibatkan oleh limbah ternak memerlukan penanganan khusus, limbah cair bisa di olah secara fisik,kimia dn biologi. Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos yaitu dengan cara menyimpan dan menumpuknya kemudian diaduk-aduk ( Muljana, 1985 ). 2.4 Pakan Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk perawatan tubuh atau memenuhi kebutuhan hidup pokoknya, jika pakan kelebihan untuk kebutuhan hidup pokok maka akan digunakan untuk produksi yaitu untuk pertumbuhan,penggemukan, produksi susu,reproduksi dan bekerja ( tenaga ) ( Purbwati, 2009 ). Pakan merupakan sumber nutrisi untuk ternak yang sangat penting dalam menunjang kesehatan,pertumbuhan dan reproduksinya sehingga ternak bisa melaksanakan fungsi proses dalam tubuh secara normal (Murtidjo,1993). Kambing merupakan ternak ruminansia kecil sehingga makanan pokok atau utamanya adalah hijauan. Hijauan merupakan sumber gizi untuk ternak ruminansia yaitu sebagai sumber protein,sumber energi, vitamin dan mineral. Hijauan pakan merupakan pakan yang memiliki serat kasar seperti rumput lapangan, limbah sisa pertanian, rumput jenis unggul yang telah disetujui untuk pakan ternak dan beberapa leguminosa (Murtidjo,1993). Hijaun pakan merupakan pakan utama ternak yang mampu memenuhi kebutuhan ternak ruminansia jika nutrisi hijauan pakan tersebut bagus,jika nutrisi yang terkandung dalam hijauan pakan tersebut kurang maka perlu diberi pakan tambahan yaitu konsentrat atau pakan penguat (Purbowati,2009). Pakan penguat atau konsentrat merupakan pakan yang terdiri dari bahan baku yang banyak mengandung karbohidrat dan protein seperti ampas tahu,dedak, bekatul, jagung kuning dan bungkil-bungkilan (Murtidjo,1993). Kebutuhan pakan kambing akan meningkat selama kambing masih mengalami proses pertumbuhan dan pemberian pakan harus bisa memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi (Murtidjo,1992). Kebutuhan pakan ternak tergantung pada bobot badan, sedangkan produksi tergantung pada tingkat dan jenis produksi ( Siregar, 1984 ). Kambing yang memiliki bobot badan lebih berat akan memerlukan energi lebih banyak untuk menaikan satu unit bobot badan. Konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh bangsa, jenis ternak, umur, palatabilitas dan kondisi ternak, bila kambing diberi pakan dengan kandungan energi dan protein yang melebihi kebuhtuhan hidup pokoknya maka kambing akan menggunakan kelebihan zat makanan itu untuk pertumbuhan dan produksinya ( Tillman et al.,1991 ). Kebutuhan pakan kambing Peranakan Etawa ( PE ) yaitu 61,7-141,8 g/kg berat badan0,75 (Devandra,1983). Kambing Peranakan Etawa ( PE ) membutuhkan BK 2,63 kg, PK 315 g, TDN 1,25 kg ( Mathius et al., 2002). 2.5 Reproduksi Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan hal penting jika suatu peternakan bertujuan dibidang pembibitan yaitu produksi dititik beratkan pada anak dan ternak. Salah satu tujuan utama sistem produksi ternak untuk memperbesar pendapatan dengan cara meningkatkan produksi ternak sesuai dengan kemampuannya ( Handojo,1993). Kambing memiliki masa reproduksi yang cepat dibandingkan ternak ruminansia lainnya seperti sapi dan kerbau, kambing jantan mencapai usia dewasa kelamin saat mencapai umur 8 bulan sedangkan kambing betina umur 15 bulan,tetapi biasanya ternak kambing jantan mulai dikawinkan pada umur 12 bulan sehingga kambing jantan sudah memasuki dewasa tubuh jika dikawinkan tidak mengalami kekerdilan atau tidak bisa tumbuh besar ( Murtidjo,1993). Kambing memilik siklus birahi yang singkat yaitu 24-48 jam dan akan berulang 18-21hari berikutnya, gejala birahi pada ternak betina biasanya diperlihatkan dengan tanda- tanda kambing tampak gelisah dan mengeluarkan suara,vulva nampak membengkak berwarna merah,vulva mengeluarkan cairan berwarna putih pekat (Tolihere,1981). Kambing mempunyai masa birahi yang relatif singkat sehingga perlu adanya ketelitian dalam pengamatan birahinya sehingga proses perkawinan bisa dilakukan secara tepat dan efisien, sistem perkawinan ada 2 yaitu perkawinan alami dan secara insiminasi buatan. Perkawinan alami adalah seekor kambing pemacak jantan langsung menyemprotkan sperma kedalam alat reproduksi kambing betina dan biasanya prses ini dilakukan saat kambing betina birahi dibawa kekandang kambing jantan untuk dikawini, setelah terjadi perkawinan biasanya kambing betina dibawa lari-lari untuk mencegah kambing betina mengeluarkan kembali sperma dari kambing jantan tadi. Insiminasi buatan adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan cara penampungan sperma dari pejantan yang kemudian disimpan diluar tubuh dengan perawatan tertentu dan akan dimasukan kedalam organ reproduksi betina ketika birahi menggunakan alat bantu, jadi proses insiminasi buatan meliputi penampungan sperna, perawatan sperma dan pemasukan sperma dalam oragan reproduksi betina (Murtidjo,1993). Insiminasi dilakukan pada bagian kedua periode estrus yaitu antara 12-18 jam setelah kambing mengeluarkan tanda-tanda birahi karena sperma bisa tahan hidup sampai 30jam didalam organ reproduksi betina dan kemungkinan terjadi kebuntingan tinggi apabila dalam 1 periode birahi itu insiminasi buatan dilakukan 2 kali ( Tolihere,1981 ). Dalam usaha peternakan perlu dilakukan recording pada ternak sehingga bisa diketahui kualitas dari ternak tersebut. Recording adalah suatu kegiatan identifikasi,pencatatan produktivitas, pencatatan silsilah,reproduksi dan manajemen ( Direktorat Jendral Peternakan, 2007). 2.6 Pembesaran Pertumbuhan pada ternak biasanya perlahan kemudian cepat dan menunjukan kurva sigmoid, untuk ternak jantan yang tidak dipilih sebagai pejantan pemacak biasanya dilakukan penggemukan dan kemudian dijual (Anggordi,1979). Setelah cempe berumur 3 bulan maka dilakukan proses penyapihan, pada proses penyampihan ini belangsung hingga cempe berumur 6 bulan, saat umur 3 bulan cempe diberi pakan hijauan maksimal 4 kg dan makanan penguat atau konsentrat dalam bentuk bubur dan diberikan sekali sehari sebanyak 0,2 kg, saat umur 6 bulan sudah bukan cempe lagi tetapi kambing muda, kambing muda jantan dan betina sebaiknya sudah dipisahkan dalam kandang kelompoknya masing-masing. Kambing jantan yang dikandangkan terpisah sudah mulai dilakukan sebagai calon pejantan pemacak, pemilihan calon pemacak biasanya dilihat dari pertumbuhannya dalam kelompok yang paling baik,dada lebar dan dalam,badan panjang, perdagingan baik, punggung lurus dan merata serta kaki-kakinya kuat, sifat kejantanan bisa dilihat dari bentuk kepala dan bagian-bagiannya, alat kelamin pejantan harus tumbuh normal dan scrotum harus besar dan simetris,nafsu kejantanan bisa dilihat ketika didekatkan pada kambinng betina. Pemilihan calon induk betina yang baik biasanya dilihat dari pertumbuhannya yang paling baik dikelompoknya, kondisi tubuh yang baik dan kuat (Murtidjo,1993). 2.7 Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk suatu perusahaan,apapun produk yang dihasilkan,besar dana yang ada berapapun personalia tetapi tidak dapat memasarkan produknya akan menjadi sia-sia ( Manullang,2002). Pemasaran kambing biasanya dilakukan dengan cara pengamatan harga pasar terlebih dahulu sehingga bisa diketahui berapa harga untuk ternak tersebut. Penjualan ternak bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan car bertemu dengan pembeli langsung dengan cara ini peternak akan memperoleh untung yang lebih karena uang langsung diterima oleh peternak, penjualan ternak juga bisa dilakukan di pasar ternak tetapi peternak harus mengeluarkan biaya untuk transportasi, kemudian peternak juga bisa meminta bantuan perantara tetapi peternak harus menyisihkan uang untuk orang yang menjualkan ternak tersebut ( Murtidjo,1993). BAB III MATERI DAN METODE Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari – 2 Maret 2013 di Peternakan pembibitan Kambing Peranakan Etawa (PE) Kandang Joglo Desa Jati Pohon, Grobogan, Jawa Tengah. Materi Perusahaan yang diobservasi dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah peternakan kambing Peranakan Etawa (PE) Kandang Joglo, Grobogan. Materi yang diamati adalah semua ternak yang ada, serta sistem manajemen pemeliharaannya. Alat yang digunakan adalah timbangan gantung, alat tulis, gerobak untuk pemberian pakan, sapu, sekop, embet, serta wearpack dan sepatu boot. Metode Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ( PKL) ini adalah ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan usaha pemeliharaan kambing di peternakan tersebut. Selama PKL juga dilakukan pengumpulan data tentang manajemen pemeliharaan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pencatatan proses pemeliharaan dan kegiatan yang dilakukan selama PKL meliputi pemberian pakan, proses pembesaran, pemilihan bakalan. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi mengenai foto jumlah ternak, dan analisis deskriptif keadaan ternak dan keadaan umum peternakan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Keadaan umum wilayah merupakan suatu gambaran secara umum tentang suatu tempat tertentu, dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang telah dilaksanakan Peternakan Kandang Joglo terletak di desa Sumber Jati Pohon, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan. Lokasi peternakan Kandang Joglo ini berada di pinggir jalan raya Purwodadi - Pati. Peternakan Kandang Joglo didirikan oleh Bapak Sutrisno pada tahun 2006 yang berawal dari rasa ingin berwiraswata di bidang peternakan sehingga memutuskan untuk beternak sapi dan kambing PE, tetapi seiring berjalannya waktu ternyata perkembangan peternakan kambing PE milik Bapak Sutrisno lebih berkembang dibandingkan dengan peternakan sapi miliknya sehingga Bapak Sutrisno memilih untuk memfokuskan diri untuk beternak kambing PE, rasa ingin tahu Bapak Sutrisno tentang kambing PE mendorong Bapak Sutrisno untuk bergabung dengan untuk bergabung dengan Asosiasi Peternak Kambing PE Indonesia pada tahun 2008 sehingga Bapak Sutrisno lebih tahu tentang berternak kambing Peranakan Etawa (PE) harus memperhatikan garis keturunan dari kambing tersebut sehingga akan diketahui kualitas dari kambing tersebut,kemudian Bapak Sutrisno membeli 3 ekor pejantan dan 4 ekor betina dengan data recordingnya dan sekarang jumlah ternaknya mencapai 50 ekor. Bapak Sutrisno memilih beternak kambing dengan memperhatikan garis keturunannya karena biaya yang digunakan untuk memelihara kambing yang tidak diperhatikan garis keturunannya dan diperhatikan garis keturunannya sama sehingga jika keturunannya berkualitas baik maka anggapannya keturunan yang dihasilkan akan baik juga disamping itu usaha ternak kambing juga berpotensi ekonomi yang menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992) yang menyatakan bahwa usaha ternak kambing merupakan usaha yang berpotensi ekonomi, kambing merupakan ternak yang pencapaian umur dewasa cepat dan tergolong ruminansia kecil yang dalam pemeliharaannya tidak memerlukan lahan yang luas, modal usah relatif kecil dan mudah dalam pemeliharaannya. 4.2 Keadaan Umum Peternakan Keadaan umum peternakan adalah suatu gambaran atau deskribsi tentang peternakan, dari Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan peternakan kambing PE Kandang Joglo, Desa Sumber Jati Pohon, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan ini memiliki luas kandang 324 m2, kandang yang ada di peternakan ini adalah kandang pejantan, betina, induk anak dan karantina, peternakan kandang joglo ini memiliki ternak dengan jumlah 50 ekor yang terbagi atas 5 pejantan, 5 calon pejantan, 20 induk betina siap kawin, 10 kambing dara, 10 cempe, luas lahan pakan 2500 m2, sumber air yang digunakan untuk proses pemeliharaan berasal dari air sumber pegunungan, untuk mengelola peternakan kandang joglo memiliki 1 orang pekerja yang mengurus kandang setiap harinya dari sanitasi, pemberian pakan, perawatan ternak, ternak yang ada peternakan kandang joglo merupakan ternak yang memiliki grade A yaitu grade tertinggi dan biasanya digunakan untuk kontes dan calon indukan. 4.3 Pemilihan Bibit Pemilihan bibit merupakan faktor penting terutama pada peternakan yang bergerak di bidang pembibitan, berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan pemilihan bibit yang dilakukan di peternakan Kandang Joglo yaitu untuk pejantan dilihat dari garis keturunannya, keserasian warna, dada tegap, perdagingan penuh, simetris bentuk scrotumnya dan tidak ada kecacatan fisik, untuk pemilihan betina untuk indukan dilihat dari sifat keindukannya dan tidak ada kecacatan fisik serta kesimetrisan bentuk ambing. Pemilihan calon pejantan maupun betina dilihat dari panjang telinga yang mencapai 30 – 32 cm saat kambing berumur 1 tahun, cembung muka 5 – 10 cm, warna bulu hitam dan putih biasanya keserasian warna dilihat dari warna bulu bagian kepala sampe gumba hitam dan bagian tubuhnya putih, tinggi tubuh 1 – 1,2 m ketika umur 1 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa pemilihan calon pemacak biasanya dilihat dari pertumbuhannya dalam kelompok yang paling baik, dada lebar dan dalam, badan panjang, perdagingan baik, punggung lurus dan merata serta kaki-kakinya kuat, sifat kejantanan bisa dilihat dari bentuk kepala dan bagian-bagiannya, alat kelamin pejantan harus tumbuh normal dan scrotum harus besar dan simetris, nafsu kejantanan bisa dilihat ketika didekatkan pada kambing betina. Pemilihan calon induk betina yang baik biasanya dilihat dari pertumbuhannya yang paling baik di kelompoknya, kondisi tubuh yang baik dan kuat. 4.4 Perkandangan Perkandangan merupakan perlengkapan atau sarana yang mendukung proses produksi sehingga memudahkan dalam pelaksanaan, di Kandang Joglo perkandangan kambing terdapat mess, gudang pakan, peralatan kandang dan mushola, perlengkapan kandang yang cukup lengkap ini menunjang produksi sehingga produksi berjalan lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa kandang harus dibuat nyaman sehingga kesehatan ternak terjamin dan sarana harus mendukung sehingga memudahkan dalam proses pemeliharaan ternak. Peternakan Kandang Joglo ini menggunakan kandang tipe panggung yang bertujuan kolong yang ada digunakan untuk penampungan kotoran dan sisa pakan, kandang tersebut terbuat dari kayu limbah dari hasil pengrajin kayu yang dibeli kemudian dibuat menjadi kandang, palung pakan alasnya berukuran 30 cm, lebar atasnya 40 cm dan tinggi palung pakan 30 cm, lubang masuk kepala kambing mencapai makanan 20 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa kandang kambing dibagi menjadi 2 yaitu tipe panggung dan lemprak, kandang panggung merupakan tipe kandang yang kontruksi lantainya di buat sistem panggung sehingga tipe kandang panggung memilik kolong dibagian bawah kandang yang dibuat lebih rendah dari permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencing tidak tercecer, alas kandang sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang telah diawetkan sehingga terhindar dari kelapukan dan jaraknya dibuat 1,5-2 cm sehingga kotoran bisa jatuh dan kambing tidak terjepit kakinya, dinding kandang dibuat setinggi 60-80 cm sehingga ternak terhindar dari terpaan angin kencang dan dinding tersebut dibuat bercelah sehingga udara dan sinar matahari pagi bisa masuk, ketinggian panggung dari tanah minimal 50 cm dari permukaan tanah dan terdapat palung pakan untuk memudahkan peternak memberi pakan dan minum,palung pakan alasnya berukuran 25-40 cm, lebar atasnya 40 – 50 cm dan tinggi palung pakan 30 -40 cm, lubang masuk kepala kambing mencapai makanan 20-25 cm. Peternakan kambing joglo ini memiliki kandang yang dibagi menjadi 3 yaitu kandang betina, kandang induk anak dan kandang pejantan. Kandang betina ini digunakan untuk kambing betina yang tidak bunting atau belum pernah dikawinkan, kandang ini memiliki ukuran 1,5x1,5 m2. Kandang induk anak ini di gunakan untuk induk bunting yang akan melahirkan dan biasanya dilengkapi dengan box atau kotak kecil yang bertujuan supaya anak tidak terinjak induknya. Kandang pejantan dibuat agak luas dibandingkan dengan kandang betina karena kambing jantan lebih agresif pergerakannya di bandingkan kambing betina sehingga kandang di buat ukuran 2x1,75 m2. Hal ini sesuai dengan pendapat (Murtidjo, 1993) yang menyatakan bahwa, kandang induk anak merupakan kandang yang digunakan untuk induk yang menyusui anaknya hingga masa sapih, seekor induk membutuhkan kandang ukuran 1,5x1,5 m dan untuk anaknya membutuhkan kandang ukuran 0,75x1 m2, dan biasanya kandang induk anak digunakan selama 3 bulan atau lepas sapih. Kandang pejantan merupakan kandang untuk pejantan yang akan digunakan sebagai pemacak, kandang pejantan biasanya dibuat cukup luas serta memperleh sinar matahari pagi dan biasanya kandang kambing pejantan terpisah dengan kandang kambing lainnya tetapi tidak jauh dari kandang betina, hal ini berfungsi untuk menjaga nafsu kawinnya agar tetap baik, ukuran untuk kandang kambing pejantan 2x1,5 m2. Kandang menghadap ke timur yang bertujuan agar ternak terkena cahaya matahari sehingga kesehatan ternak terjaga dan mendapatkan vitamin D secara alami guna pertumbuhan tulang. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa sebaiknya kandang dibuat menghadap kearah terbitnya matahari sehingga pertumbuhan ternak bisa maksimal. Sanitasi kandang dilakukan 2x sehari yaitu pagi dan sore yang bertujuan supaya kandang tetap bersih dan mencegah ternak terkena penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa Kandang harus bersih sehingga ternak terhindar dari penyakit maka dari itu perlu dilakukan sanitasi setiap harinya,sanitasi sebaiknya dilakukan 2 kali sehari sehingga kotoran yang ada tidak menumpuk dan kandang tetap bersih, sanitasi biasanya dilakukan pagi dan sore sebelum pemberian pakan untuk ternak. Kotoran dalam bentuk padat digunakan sebagai pupuk untuk lahan pakan dipeternakan Kandang Joglo. Hal ini sesuai dengan pendapat Muljana (1985) yang menyatakan bahwa Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos yaitu dengan cara menyimpan dan menumpuknya kemudian diaduk-aduk. 4.5 Reproduksi Reproduksi merupakan faktor penting pada peternakan pembibitan karena anak yang dihasilkan merupakan pendapatan bagi peternakan tersebut. Proses perkawinan ternak di Peternakan Kandang Joglo dilakukan secara alami yaitu ketika kambing betina mengeluarkan tanda-tanda birahi seperti mengeluarkan suara yang sering, vulva nampak merah, dan keluar cairan dari vagina kemudian kambing tersebut akan dimasukan ke dalam kandang pejantan untuk dikawini. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa kambing betina yang mengalami birahi akan berlangsung selama 21-48 jam, tanda-tanda birahi pada kambing yaitu tampak gelisah dan sering mengeluarkan suara, sering mengibas-ngibaskan ekor, vulva nampak bengkak dan berwarna merah, dari vagina keluar cairan berwarna putih agak pekat. Perkawinan alami adalah seekor kambing pemacak jantan langsung menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi kambing betina dan biasanya proses ini dilakukan saat kambing betina birahi dibawa ke kandang kambing jantan untuk dikawini. Kambing yang beranak akan langsung didata pada buku recording dari tanggal lahir, pejantan, dan induk betina agar diketahui silsilah dari kambing PE tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Direktorat Jendral Peternakan,2007) yang menyatakan bahwa Dalam usaha peternakan perlu dilakukan recording pada ternak sehingga bisa diketahui kualitas dari ternak tersebut. Recording adalah suatu kegiatan identifikasi,pencatatan produktivitas, pencatatan silsilah,reproduksi dan manajemen. Kambing betina yang telah beranak akan dikawinkan setelah anak lepas sapih yaitu 3 bulan setelah kelahiran anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa kambing betina yang telah melahirkan dapat dikawinkan kembali setelah 90 hari karena jaringan reproduksi kambing betina yang telah melahirkan sudah pulih. 4.6 Pemeliharaan Pemeliharaan adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk pemeliharaan ternak setiap harinya, berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan pemeliharaan yang dilakukan di peternakan Kandang Joglo ini bertujuan untuk usaha pembibitan yaitu pemeliharaan kambing yang bertujuan untuk dikembangbiakan yang kemudian anakannya dijual. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (1991) yang menyatakan bahwa pemeliharaan kambing ada 2 macam yaitu pembibitan dan penggemukan. Pemeliharaan pembibitan adalah pemeliharaan kambing yang ditujukan untuk mengembangbiakan ternak yang kemudian anaknya untuk jantan digemukan kemudian dijual sedangkan anak betina digunakan untuk calon indukan. Pemeliharaan penggemukan adalah pemeliharaan anak kambing umur 6 bulan yang akan digemukan beberapa saat dan kemudian dijual untuk diambil dagingnya. Sistem pemeliharan yang digunakan di peternakan kambing kandang joglo adalah intensif, sistem ini digunakan karena memudahkan pengawasan terhadap ternak sehingga produksi bisa di atur, kesehatan ternak terpantau dan lebih mudah dalam pemberian pakan sehingga pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992) yang menyatakan bahwa sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ternak ada didalam kandang dan tidak dilepas untuk merumput,system ini biasanya digunakan peternak yang tidak memiliki lahan penggembalaan, induk bunting dan calon pejantan sehingga kesehatan ternak mudah dipantau beserta produksinya. Pemeliharaan induk anak merupakan sistem pemeliharaan yang dilakukan dalam usaha pembibitan dari induk bunting sampai melahirkan kemudian pembesaran anak yang dilahirkan, di peternakan kambing Kandang Joglo induk yang bunting memasuki 1 bulan terakhir akan dipindahkan di kandang induk anak,hal ini bertujuan untuk menghindarkan dari tandukan ternak lain yang kemungkinan bisa mengakibatkan janin mati atau cacat, induk yang bunting juga diberi pakan yang nutrisinya tinggi sehinga kebutuhannya tercukupi, serta induk bunting juga dibawa berputar-putar area peternakan sehingga peredaran darah lancar dan memudahkan dalam proses kelahiran, ketika induk mengalami kesulitan dalam kelahiran maka akan didatangkan dokter hewan untuk membantu proses kelahiran cempe. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo ( 1993) yang menyatakan bahwa Pemeliharaan induk di mulai saat kebuntingan memasuki 2 bulan terakhir sebelum beranak,hal yang dilakukan pada induk yang kebuntingan 2 bulan terakhir adalah memisahkan induk tersebut dengan kambing yang lain sehingga menghindarkan induk bunting dari kemungkinan penandukan-penandukan dari kambing lainnya, induk bunting memerlukan asupan makanan yang cukup sehingga pertumbuhan fetus berlangsung baik, olahraga perlu dilakukan untuk induk bunting karena biasanya induk bunting dipelihara secara intensif sehingga kadang mengalami kegemukan yang mengakibatkan sulitnya kelahiran maka dari itu olahraga perlu dilakukan untuk memperlancar peredaran-peredaran darah dan menghindarkan dari kegemukan sehingga proses kelahiran lancar. Cempe yang dilahirkan akan dipisahkan dengan induknya untuk dibersihkan dan ditunggu sampai bisa berdiri,ketika sudah berdiri maka cempe akan di susukan keinduknya yang bertujuan untuk mendapatkan asupan nutrisi utama sampai cempe umur 3 bulan dan disapih. Induk yang tidak mau menyusui cempe yang dilahirkan susunya akan diperah saat sore hari untuk menghindarkan induk terkena penyakit mastitis, cempe yang tidak disusui induknya akan di taruh dalam box dan kemudian akan disusui oleh Bapak Sutrisno dengan dot untuk bayi yang berisi susu bubuk untuk kambing dan dicampur dengan air hangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa Cempe yang sudah dilahirkan biasanya 30 menit sudah bisa berdiri, apabila sudah sanggup berdiri cempe tersebut dibawa ke induknya untuk memperoleh susu pertama (colostrum), colostrum biasanya dikeluarkan sejak induk melahirkan sampai 1 minggu setelah kelahiran. Colostrum berfungsi untuk pembentukan antibodi maka colostrum penting untuk cempe yang dilahirkan. Saat cempe memasuki usia 3 bulan sebaiknya sudah disapih atau dipisah dan tidak lagi menyusu pada induknya, sehingga induk siap dikawinkan lagi saat kondisi sudah pulih, penyapihan cempe dapat diawali pada usia 2,5 bulan dengan cara sehari disusukan induknya dan sehari lagi tidak disusukan kemudian sehari disusukan dan dua hari tidak disusukan sampai usia 3 bulan sehingga sudah tidak menyusu induknya dan dikandang bersama kelompoknya. 4.7 Pakan Pakan merupakan sumber nutrisi yang digunakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi, di peternakan kambing kandang joglo pemberian pakan di peternakan Kandang Joglo dilakukan 2 kali yaitu pada pagi hari setelah sanitasi dan sore hari setelah sanitasi, pakan yang diberikan yaitu hijauan dan pakan penguat, hijauan yang diberikan adalah rumput gajah, daun singkong, dan daun lamtoro, sedangkan pakan penguat yang diberikan adalah ampas tahu dan molases, pakan penguat hanya diberikan pada saat pemberian pakan sore hari setelah pemberian hijaun yang ditujukan untuk penambah nafsu makan sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Pemberian pakan juga diatur banyaknya karena menyesuaikan produksi, umur dan berat badannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (1991) yang menyatakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor utama dalam usaha peternakan, jika dibandingkan dengan pakan ternak lainnya makanan ternak kambing lebih sederhana. Pada umumnya pakan kambing berasal dari hijauan yang terdiri dari berbagai jenis rumput dan daun-daunan yang mengandung serat kasar seperti daun pisang, nangka, lamtoro, turi, disamping itu kambing juga memerlukan pakan penguat atau konsentrat yang mengandung karbohidrat guna menghasilkan energi dan protein untuk membentuk tubuh dan Siregar (1984) menyatakan bahwa Kebutuhan pakan tergantung pada bobot badan,sedangkan untuk produksi tergantung pada tingkat dan jenis produksi. Konsumsi BK 3,14 kg, PK 372 g, TDN 1,751 kg untuk pejantan sedangkan untuk betina BK 2,42, PK 281 g, TDN 1,341 kg dari konsumsi yang diberikan telah melebihi dari kebutuhan kambing PE di Peternakan Kandang Joglo untuk kambing jantan BK 1,81 kg, 1,05 kg, 153 g, kambing betina membutuhkan BK 1,36 kg, TDN 0,8 kg, 123 g. Konsumsi nutrien yang lebih akan digunakan untuk produktivitas ternak dan reproduksinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mathius et al. (2002) yang menyatakan bahwa Kambing PE membutuhkan BK 2,63 kg, PK 315 g, TDN 1,25 kg dan Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa pakan yang dikonsumsi ternak akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya jika konsumsi berlebih akan digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksinya. 4.8 Pembesaran Pembesaran merupakan proses pemeliharaan cempe yang telah lepas sapih dan kemudian dipelihara untuk mendapatkan hasil maupun calon pemacek jantan dan induk betina, dikandang joglo penyapihan dilakukan saat cempe berumur 3 bulan kemudian dibesarkan selama 3 bulan untuk di ketahui pola pertumbuhannya jika di lihat dari pertumbuhannya baik dan postur tubuh sesuai dengan kriteria calon pemacek dan indukan maka akan dijadikan kambing pemacek dan indukan, dan jika masuk dalam kriteria kambing kontes maka akan di gunakan untuk kambing kontes, serta untuk anak jantan bisa dijual pada usia lepas sapih 3 bulan dan 1 tahun. Hal ini sesuai dengan Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa Setelah cempe berumur 3 bulan maka dilakukan proses penyapihan, pada proses penyampihan ini belangsung hingga cempe berumur 6 bulan, saat umur 3 bulan cempe diberi pakan hijauan maksimal 4 kg dan makanan penguat atau konsentrat dalam bentuk bubur dan diberikan sekali sehari sebanyak 0,2 kg, saat umur 6 bulan sudah bukan cempe lagi tetapi kambing muda, kambing muda jantan dan betina sebaiknya sudah dipisahkan dalam kandang kelompoknya masing-masing. Untuk kambing jantan yang dikandangkan terpisah sudah mulai dilakukan sebagai calon pejantan pemacak, pemilihan calon pemacak biasanya dilihat dari pertumbuhannya dalam kelompok yang paling baik, dada lebar dan dalam,badan panjang, perdagingan baik, punggung lurus dan merata serta kaki-kakinya kuat, sifat kejantanan bisa dilihat dari bentuk kepala dan bagian-bagiannya, alat kelamin pejantan harus tumbuh normal dan scrotum harus besar dan simetris,nafsu kejantanan bisa dilihat ketika didekatkan pada kambinng betina. Pemilihan calon induk betina yang baik biasanya dilihat dari pertumbuhannya yang paling baik dikelompoknya, kondisi tubuh yang baik dan kuat. 4.9 Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu usaha untuk menjual produk sehingga mendapatkan hasil,di peternakan kandang joglo pemasaran atau penjualan dilakukan secara lansung dengan pembeli yaitu sesama pecinta kambing PE yang digunakan untuk kontes, karena harga dari kambing yang ada di Peternakan Kandang Joglo relatif tinggi sehingga tidak memerlukan perantara dan bisa mendapat keuntungan yang lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1993) yang menyatakan bahwa Penjualan ternak bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan cara bertemu dengan pembeli langsung dengan cara ini peternak akan memperoleh untung yang lebih karena uang langsung diterima oleh peternak. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang telah dilaksanakan di peternakan Kandang Joglo milik bapak Sutrisno ini memiliki 50 ekor kambing yang dipelihara secara intensif dan kandang tipe panggung dengan ukuran untuk betina belum pernah dikawinkan 1,5x1,5 m2, dan kandang pejantan 2x1,75 m2. Pakan yang digunakan adalah rumput gajah dan ampas tahu, konsumsi BK 3,14 kg, PK 372 g, TDN 1,751 kg untuk pejantan sedangkan untuk betina BK 2,42, PK 281 g, TDN 1,341 kg, kebutuhan untuk kambing jantan BK 1,81 kg, 1,05 kg, 153 g, kambing betina membutuhkan BK 1,36 kg, TDN 0,8 kg, 123 g, kelebihan sebanyak untuk jantan BK 1,33 kg, TDN 0,701 kg, PK 219 g dan betina BK 1,06 kg, TDN 0,541 kg, 158 g. Proses reproduksi dilakukan perkawinan secara alami dan memiliki calving interval 3 bulan. Pemasaran dilakukan secara langsung dengan menawarkan kepada rekan sesama pecinta kambing Peranakan Etawa ( PE ). Peternakan kambing Peranakan Etawa ( PE ) ini memiliki sudah memilik manajemen pemeliharaan yang baik dan memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan. 5.2 Saran Sebaiknya untuk kandang induk anak juga di buat panggung tidak hanya anak yang ada dalam box atau kotak dan induk ada ditanah,jika induk rebahan ditanah dan puting susu kotor bisa menyebabkan kontaminasi bakteri dan bisa menyebabkan penyakit pada induk dan cempe, untuk induk yang tidak mau menyusui susu yang diperah sebaiknya diberikan untuk cempe atau dijual sehingga lebih bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi,R.1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. P.T. Gramedia, Jakarta. Chaniago,T.D.1993.Sistem Manajemen Dewasa Ini. Sebelas Maret University Press,Solo. Handojo,J.D.1993.Berternak Kambing.Cetakan Kedua. Aries Lima,Solo. Manullang, M. 2002. Pengantar Bisnis. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Mathius, I-W, I-B.Gaga dan I-K. Sutama. 2002. Kebutuhan Kambing Etawa akan Energi dan Protein Kasar. Balai Penelitian Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bali. Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo, B.A. 1992.Memelihara Domba. Kanisius,Yogyakarta. Murtidjo, B.A. 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta. Purbowati,E.2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya.Jakarta. Siregar,S.B.1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng.B.Y.1991.Berternak Domba. PT Penebar Swadaya,Jakarta. Tillman, A.D., H.Hartadi,S. Reksohadiprodjo, S.Prawirokusomo, dan S. Lebdosoekojo.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM press, Yogyakarta. Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN BUDIDAYA TERNAK KAMBING 1.KELUARAN Ternak kambing produksi optimal 2.BAHAN Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan 3.ALAT Tempat pakan/minum 4.PEDOMAN TEKNIS 1. Jenis kambing asli di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawa (PE) 2. Memilih bibit Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan phenotype baik. a.Calon induk Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat, berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan berat badan > 20 kg. Calon pejantan Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat. Pakan Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsentrat). Pakan tambahan dapat disusun dari (bungkil kalapa, bungkil kedelai), dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin. Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal, daun nangka, dsb. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10 - 15 % berat badan (dasar bahan segar) Pemberian pakan induk Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 16 %. Kandang Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1 1/2 m² untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) dengan ukuran 1 m/ekor. tinggi penyekat 1 1/2 - 2 X tinggi ternak. Pencegahan penyakit : sebelum ternak dikandangkan, kambing harus dibebaskan dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit eksternal dengan dimandikan. 5.SUMBER :Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id. 6.KONTAK HUBUNGAN Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia TERNAK KAMBING PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana. BIBIT Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Ciri untuk calon induk: Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk. Jinak dan sorot matanya ramah. Kaki lurus dan tumit tinggi. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah. Ciri untuk calon pejantan : Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi. Kaki lurus dan kuat. Dari keturunan kembar. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun. MAKANAN Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). Cara pemberiannya : Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari. TATA LAKSANA Kandang Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah : Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor Pengelolaan reproduksi Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 - 60 kg. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki. Ratio jantan dan betina = 1 : 10 Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah : Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5 bulan). Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. Pengendalian Penyakit Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis. Pasca Panen Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing cukup tinggi. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran. CONTOH ANALISA USAHA TERNAK KAMBING Pengeluaran Bibit Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp. 250.000,- Rp. 250.000,- Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,- Total Rp. 1.450.000,- Kandang Rp. 500.000,- Makanan Rp. 200.000,- Obat-obatan Rp. 100.000,- Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,- Pemasukan Dari anaknya Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk menghasilkan 2 ekor, jumlah kambing yang bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor. Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka dari 12 ekor tersebut akan dihasilkan : 12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,- Dari induk Pertambahan berat induk 50 gram per ekor per hari, maka setelah 2 tahun akan dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50 gr x 365 = 127,75 kg. Total daging yang dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg = 232,75 kg. Pendapatan dari penjualan daging = 232,75 kg x Rp. 10.000,-=Rp.2.327.500,- Dari kotoran : Selama 2 tahun bisa menghasilkan ± 70 karung x Rp. 1.000,- = Rp. 70.000,- Keuntungan Masuk:Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp. 70.000 == Rp. 4.197.500,- Keluar:Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000 == Rp. 2.250.000 Keuntungan selama 2 th: Rp. 4.197.500,- dikurang Rp. 2.250.000 == Rp. 1.947.500,- atau Rp. 81.145,- per bulan. SUMBER : Brosur Ternak Kambing, Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta Pusat (tahun 1997). KONTAK HUBUNGAN Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Jakarta Pusat, Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202 Jakarta.
TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN PADA SAPI Inseminasi buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam (Toelihere, 1979). Inseminasi buatan merupakan salah satu teknik untuk perbaikan mutu genetika (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Inseminasi buatan di Indonesia mulai diperkenalkan sekitar tahun lima puluhan, dan sekarang sudah berkembang pesat sehingga di beberapa daerah sudah terdapat Balai Inseminasi Buatan (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Keuntungan IB pada sapi di Indonesia antara lain peningkatan mutu genetik yang lebih cepat karena menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat biaya pemeliharaan pejantan lain dan penularan penyakit kelamin dari ternak yang diinseminasi dapat dibatasi atau dicegah (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Menurut Salisbury dan Vandemark (1961), inseminasi pada waktu yang tepat mempunyai arti yang sangat penting, karena inseminasi pada waktu yang tepat dapat mempertinggi angka kebuntingan. 1. Tatalaksana Inseminasi Buatan (IB) Tatalaksana dalam melakukan IB meliputi beberapa tindakan yaitu deteksi berahi, penyiapan straw yang meliputi pengangkutan semen beku dan thawing, serta pelaksanaan IB. 1.1. Deteksi Berahi Berahi (estrus) adalah saat hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi (Partodihardjo, 1980). Deteksi berahi penting dalam program IB sehingga inseminasi dapat dilakukan pada saat yang tepat (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Selama berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir tipis, bening, yang mudah melekat, jernih dan kental sering terlihat menggantung dari vulva selama berahi. Tingkah laku ternak sering menguak dan tidak tenang (Salisbury dan Vandemark, 1961). Deteksi atau observasi berahi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, di pagi dan petang (Toelihere, 1979). Apabila estrus terlihat pagi hari maka IB harus dilakukan pada hari yang sama. Apabila estrus terjadi pada sore hari maka IB harus dilakukan pada hari berikutnya pada pagi atau siang hari (Herdis et al., 2001). Sapi perah dapat diobservasi langsung di kandang tetapi sebaiknya dikelompokkan dan dilepaskan dalam suatu halaman untuk diamati secara teliti 20 sampai 60 menit atau lebih selama periode aktif, yaitu sebelum dan sesudah diperah. Observasi sewaktu pemberian makanan tidak memuaskan. Sapi potong dapat dilepaskan di lapangan rumput dan diobservasi dari dekat (Toelihere, 1979). Inseminasi buatan dapat dilakukan di suatu kandang jepit yang dapat menampung 6 sampai 8 sapi dengan pintu-pintu samping untuk memberi kesempatan kepada teknisi untuk mendekati dan menangani sapi-sapi betina. Sapi yang berahi digiring perlahan-lahan ke kandang jepit kemudian ditambatkan pada sebuah patok untuk diinseminasi (Dirjen Peternakan, 2012). 1.2. Penyiapan Semen Beku Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan terpilih yang diencerkan sesuai prosedur dan dibekukan pada suhu -196° C (Dirjen Peternakan, 2012). Kegunaan dari pembekuan semen adalah untuk memperpanjang masa penyimpanan semen (Partodihardjo, 1980). Semen beku yang akan digunakan untuk proses inseminasi buatan membutuhkan penanganan atau persiapan khusus. Penanganan atau persiapan tersebut adalah pengangkutan semen beku dan thawing. 1.3. Pengangkutan Semen Beku Guna mempertahankan kehidupan spermatozoa maka semen beku harus selalu disimpan dalam bejana vakum atau container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196° C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai waktu dipakai (Toelihere, 1979). Jika telah jelas jumlah sapi yang diminta untuk diinseminasi maka yang dilakukan adalah menyiapkan termos khusus yang berlubang pada bagian tutupnya sebagai tempat nitrogen cair. Straw yang diambil dari container segera dimasukkan ke dalam termos untuk dapat dibawa ke tempat sapi betina. Lubang kecil yang dibuat pada tutup termos dimaksudkan untuk penguapan nitrogen. Tanpa adanya lubang maka tutup termos dapat terhembus dan terlempar keluar, atau termos dapat meledak (Partodihardjo, 1980). 1.4. Thawing Semen beku yang hendak dipakai, dikeluarkan dari container dan perlu dicairkan kembali supaya dapat dideposisikan ke dalam saluran kelamin betina. Sesudah pencairan kembali (thawing), semen beku merupakan barang rapuh dan tidak dapat tahan lama hidup seperti semen cair. Semen beku yang sudah dicairkan kembali tidak dapat dibekukan lagi (Toelihere, 1979). Thawing dilakukan setelah mempersiapkan hewan betina yang akan diinseminasi. Prosedur thawing adalah mengambil straw dari termos, dan mencelupkannya ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27° C) selama setengah menit (Partodihardjo, 1980). Straw dikeluarkan dari cairan thawing, dikeringkan dengan handuk bersih, kemudian dipegang dan digulung-gulung pangkalnya di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk melonggarkan kapas dan membuatnya mudah mendorong semen sewaktu inseminasi (Toelihere, 1979). 1.5. Prosedur Inseminasi Buatan (IB) Beberapa teknik IB antara lain inseminasi dalam vagina, inseminasi dalam serviks dengan speculum, dan teknik rektovaginal (Salisbury dan Vandemark., 1961). Teknik inseminasi dalam vagina dan inseminasi menggunakan speculum merupakan suatu cara kuno dan sekarang tidak dipergunakan lagi. Pada waktu kini lebih banyak dipakai metode rektovaginal karena lebih praktis dan lebih efektif (Toelihere, 1979). Prosedur yang dilakukan pada teknik IB rektovaginal adalah membersihkan vulva dan bibir vulva terlebih dahulu, kemudian dihapus kering dengan kapas atau handuk kertas, dan dijaga supaya tidak ada feses diantara kedua bibir vulva. Ujung-ujung jari dirapatkan dan diberi sedikit air sabun yang tidak mengiriter mukosa, kemudian tangan kiri yang bersarung tangan karet atau plastik dimasukkan ke dalam rektum menurut irama peristaltik atau kontraksi dinding rektum. Genggam cervix dalam telapak tangan, jangan menggenggam pada vagina atau corpus. Cervix yang lebih kaku karena berdinding tebal dapat dengan mudah dikenal. Insemination gun dimasukkan melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix. Apabila lipatan-lipatan dinding vagina menghambat, cervix ditarik atau didorong ke depan untuk meluruskan rongga vagina. Kombinasi pemasukan pipet secara luwes dan relaks melewati lipatan-lipatan anuler transversal cervix dan pengarahan ke arah datangnya pipet akan membuat pipet dapat melewati lipatan-lipatan cervix dan memasuki pangkal corpus uteri. Cek adanya ujung pipet pada pangkal corpus uteri dengan jari telunjuk yang ditempatkan di mulut dalam cervix. Semen harus dideposisikan secara perlahan-lahan dalam waktu kira-kira 5 detik (Toelihere, 1979). Seluruh prosedur inseminasi sukar dikuasai tanpa peragaan. Untuk itu diperlukan latihan ketrampilan, dengan seorang instruktur yang khusus dan terampil (Partodihardjo, 1980). DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Budidaya Ternak. 2012. Pedoman Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB). Kementerian Pertanian RI, Jakarta. Herdis, I. Kusuma dan M. Surachman. 2001. Inseminasi Buatan Teknologi Tepat Guna Solusi dalam Meningkatkan Populasi Ternak Akibat Krisis Ekonomi. Direktorat Teknologi Budidaya Pertanian Deputi Bidang TAB-BPPT, Jakarta. Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. ITB, Bandung. (Diterjemahkan oleh DK. Harya Putra). Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta. Salisbury, G.W. dan N.L. Vandemark. 1961. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh R. Djanuar). Siregar, S. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudono, A., R.F. Rosdiana dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Syarief, M. Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta. Toelihere, M.R. 1979. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung. Wodzicka-Tomaszewska, M., I K. Sutama, I G. Putu dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh IK. Sutama, IG. Putu dan TD. Chaniago).

Senin, 02 Desember 2013

Ayam Kampung Super

Sebelum memelihara ayam kampung super, sekiranya anda harus mengetahui pengertian dari produk tersebut. Untuk itu perlu kiranya kami memberi gambaran sedikit akan produk tersebut agar anda sedikit mempunyai pengetahuan dan tidak menuai kekecewaan di kemudian hari. Dulu di sekitar Malang dan mungkin di sebagian tempat lain heboh dengan keluarnya produk doc ayam kampung yang diproduksi oleh salah satu pabrik pakan dan doc ayam ras ternama yaitu Caroen Pokphan dengan merk dagang ayam kampong super CP 808. Masyarakat peternak terutama di perdesaan yang tergiur dengan nama “doc ayam kampung super” langsung ramai-ramai menyambut produk tersebut tanpa pikir panjang. Produk tersebut laku keras bak seperti kacang goreng. Tapi apa yang terjadi kemudian ketika masa panen tiba? peternak agak sedikit kesulitan menjual hasil panenannya. Karena oleh si pengepul ayam tersebut tidak diakui sebagai ayam kampung akan tetapi diakui sebagai ayam petelur/ras yang harganya relatif lebih murah daripada ayam kampung asli. Bahkan ironisnya ada pengepul yang tidak mau membeli hasil panenan ayam tersebut. Akhirnya produk doc ayam kampung super lenyap dari pasar entah ke mana rimbanya sampai sekarang. Orang dalam membuat merk dagang atau memberi nama sesuatu tentu memilih nama yang akan menimbulkan ketertarikan untuk mengetahui lebih lanjut produk tersebut dan akhirnya memutuskan untuk membelinya. Namun sayang, pada beberapa produsen doc ayam kampung super kalau ditanya akan produk tersebut berusaha menutup-nutupi rahasia asal usul produk tersebut. Memang hak sepenuhnya pada produsen untuk menyembunyikan rahasia tersebut, akan tetapi pembeli juga mempunyai hak untuk mengetahui produk yang akan di beli. Karena menurut kami, yang ada dibenak pembeli yang dimaksud ayam kampung super adalah perkawinan sesama ayam kampung yang sudah mengalami seleksi (unggul). Dari namanya saja memang mengandung unsur ketertarikan dan bersifat sangat persuasif. Akan tetapi ada unsur yang mesti dijelaskan agar tidak salah persepsi. Ayam kampung super bukan jenis ayam kampung asli hasil seleksi baik dari segi fenotip maupun genotip, akan tetapi ayam kampung super adalah hasil perkawinan antara ayam ras petelur (betina) dengan ayam kampung asli (jantan). Dari hasil data perkawinan saja, mungkin anda sudah bisa membayangkan akan keturunan yang akan diperoleh nantinya. Di antara ciri ayam kampung super yang menonjol antara lain : Warna DOC dominan putih dan coklat dan terlihat cukup seragam ukurannya Ukuran DOC lebih besar dari ayam kampung asli dan terlihat agak bulat-bulat bentuknya Ketika sudah besar ayam terlihat besar akan tetapi agak ringan kalau di pegang dengan kondisi bulu agak mengembang Laju pertumbuhan ayam kampung super memang bisa di bilang bagus yaitu bisa mencapai berat 6-8 ons pada umur pemeliharaan 45 hari. Akan tetapi tingkat konsumsi pakan juga tergolong tinggi. Karkas ayam kampung super sepintas memang agak sulit dibedakan dengan ayam kampung asli, akan tetapi bagi yang jeli dan sudah berkecimpung dalam dunia per kaskasan akan dengan mudah membedakannya. Begitu juga dengan slogan “rasa tak bisa bohong”. Nah, sekarang pilihan ada pada anda, masih tetap mencoba usaha pembesaran ayam kampung super atau ayam kampung asli?. Semoga bermanfaat Posted by: Imam satria hadi 23010110120077

Minggu, 01 Desember 2013

Laporan PKL Tatalaksana Inseminasi Buatan

TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN PADA SAPI PERAH DI POS INSEMINASI BUATAN KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Oleh: FAUSTA KRISNA MENTARI 23010110120024 FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka semakin bertambah pula kebutuhan terhadap susu dan daging. Kenyataannya pemenuhan terhadap susu dan daging di Indonesia masih kurang, pemerintah terus mengimpor susu dan daging untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh produktivitas susu, daging dan populasi sapi yang masih rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas adalah inseminasi buatan. Menggunakan teknik IB dalam mengawinkan sapinya, peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan sapi jantan. Inseminasi merupakan suatu metode kawin buatan dengan cara menyuntikkan semen pejantan ke dalam rahim betina. Inseminasi buatan dapat mempercepat memperbaiki mutu genetik ternak sehingga menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas baik. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Keberhasilan dalam proses inseminasi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kondisi berahi betina, kualitas semen pejantan, pelaksana atau inseminator dan peternak. Praktek Kerja Lapangan mengenai IB perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan inseminasi oleh inseminator di lapangan. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui, mempelajari dan praktek melakukan inseminasi pada sapi dengan baik dan benar, sesuai prosedur pelaksanaan IB di Pos IB Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Manfaat yang didapat dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan menganalisa pelaksanaan inseminasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak lainnya. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah menghasilkan susu dan anak (Arifin, 2008). Jenis sapi perah yang terkenal di Indonesia adalah sapi Fries Holand (FH). Sapi Fries Holand (FH) berasal dari negeri Belanda dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan nama Friesian. Sapi FH mempunyai kemampuan menghasilkan air susu lebih banyak daripada bangsa sapi perah lainnya, yaitu mencapai 5982 liter per laktasi, dengan kadar lemak 3,7 persen (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Bulu sapi FH murni pada umumnya berwarna hitam dan putih, kadang-kadang ada yang berwarna merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas. Selain diambil atau diperah susunya, sapi FH juga baik sebagai sapi pedaging, karena pertumbuhannya cepat dan karkasnya sangat bagus (Sudono et al., 2003). 2.2. Inseminasi Buatan (IB) Inseminasi adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam (Toelihere, 1979). Inseminasi buatan merupakan salah satu teknik untuk mempercepat perbaikan mutu genetik (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Inseminasi buatan di Indonesia mulai diperkenalkan sekitar tahun lima puluhan, dan sekarang sudah berkembang pesat sehingga di beberapa daerah sudah terdapat Balai Inseminasi Buatan (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Keuntungan IB pada sapi di Indonesia antara lain peningkatan mutu genetik yang lebih cepat karena menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat biaya pemeliharaan sapi karena tidak perlu memelihara pejantan dan dapat mencegah atau membatasi penularan penyakit kelamin dari ternak yang diinseminasi karena semen dari pejantan unggul yang digunakan sudah terjamin kesehatannya (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Menurut Salisbury dan VanDemark (1961), inseminasi pada waktu yang tepat mempunyai arti yang sangat penting, karena inseminasi pada waktu yang tepat dapat mempertinggi angka kebuntingan. 2.3. Tatalaksana Inseminasi Buatan (IB) Tatalaksana dalam melakukan IB meliputi beberapa tindakan yaitu deteksi berahi, penyiapan straw yang meliputi pengangkutan semen beku dan thawing, serta pelaksanaan inseminasi. 2.3.1. Deteksi berahi Berahi (estrus) adalah saat hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi (Partodihardjo, 1980). Deteksi berahi penting dalam program IB sehingga inseminasi dapat dilakukan pada saat yang tepat (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991). Sapi berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir bening, yang mudah melekat, jernih dan kental sering terlihat menggantung dari vulva selama berahi. Tingkah laku ternak sering menguak dan tidak tenang (Salisbury dan VanDemark, 1961). Deteksi atau observasi berahi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, di pagi dan petang (Toelihere, 1979). Apabila estrus terlihat pagi hari maka inseminasi harus dilakukan pada hari yang sama. Apabila estrus terjadi pada sore hari maka inseminasi harus dilakukan pada hari berikutnya pada pagi atau siang hari (Herdis et al., 2001). Sapi perah dapat diobservasi langsung di kandang tetapi sebaiknya dikelompokkan dan dilepaskan dalam suatu halaman untuk diamati secara teliti 20 sampai 60 menit atau lebih selama periode aktif, yaitu sebelum dan sesudah diperah (Toelihere, 1979). 2.3.2. Penanganan sapi betina yang akan di-IB Inseminasi dapat dilakukan di suatu kandang jepit yang dapat menampung 6 sampai 8 sapi dengan pintu-pintu samping untuk memberi kesempatan kepada teknisi untuk mendekati dan menangani sapi-sapi betina (Toelihere, 1979). Persiapan sapi yang akan diinseminasi, sapi betina yang berahi dimasukkan perlahan-lahan ke suatu kandang jepit, kemudian diberi penghalang dengan diikat atau dijepit agar sapi tidak dapat leluasa bergerak (Dirjen Peternakan, 2012). 2.3.3 Penyiapan semen beku Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan terpilih yang diencerkan sesuai prosedur dan dibekukan pada suhu -196°C (Dirjen Peternakan, 2012). Kegunaan dari pembekuan semen adalah untuk memperpanjang masa penyimpanan semen (Partodihardjo, 1980). Semen beku yang akan digunakan untuk inseminasi membutuhkan penanganan atau persiapan khusus. Penanganan atau persiapan tersebut adalah pengangkutan semen beku dan thawing. 2.3.3.1. Pengangkutan semen beku Guna mempertahankan kehidupan spermatozoa maka semen beku harus selalu disimpan dalam container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196°C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai waktu dipakai (Toelihere, 1979). Jika telah jelas jumlah sapi yang diminta untuk diinseminasi maka yang dilakukan adalah menyiapkan termos khusus yang berlubang pada bagian tutupnya sebagai tempat nitrogen cair. Straw yang diambil dari container segera dimasukkan ke dalam termos untuk dapat dibawa ke tempat sapi betina yang berahi. Lubang kecil yang dibuat pada tutup termos dimaksudkan untuk penguapan nitrogen. Tanpa adanya lubang kecil maka tutup termos dapat terhembus dan terlempar keluar, atau termos dapat meledak (Partodihardjo, 1980). 2.3.3.2. Thawing Semen beku yang hendak dipakai, dikeluarkan dari container dan perlu dicairkan kembali supaya dapat dideposisikan ke dalam saluran kelamin betina. Sesudah pencairan kembali (thawing), semen beku merupakan barang rapuh dan tidak dapat tahan lama hidup seperti semen cair. Semen beku yang sudah dicairkan kembali tidak dapat dibekukan lagi (Toelihere, 1979). Thawing dilakukan setelah mempersiapkan hewan betina yang akan diinseminasi. Prosedur thawing adalah mengambil straw dari termos, dan mencelupkannya ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27°C) selama setengah menit (Partodihardjo, 1980). Straw dikeluarkan dari cairan thawing, dikeringkan dengan handuk bersih, kemudian dipegang dan digulung-gulung pangkalnya di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk melonggarkan kapas supaya mudah didorong untuk mengeluarkan semen dari straw sewaktu inseminasi (Toelihere, 1979). 2.3.4. Prosedur inseminasi Beberapa teknik inseminasi antara lain inseminasi dalam vagina, inseminasi dalam cervix dengan speculum, dan teknik rektovaginal (Salisbury dan VanDemark, 1961). Teknik inseminasi dalam vagina dan inseminasi menggunakan speculum pada sapi merupakan suatu cara kuno dan sekarang tidak dipergunakan lagi. Pada waktu kini lebih banyak dipakai metode rektovaginal karena lebih praktis dan lebih efektif (Toelihere, 1979). Prosedur yang dilakukan pada teknik inseminasi rektovaginal adalah membersihkan vulva dan bibir vulva terlebih dahulu, kemudian dihapus kering dengan kapas atau handuk kertas, dan dijaga supaya tidak ada feses diantara kedua bibir vulva (Toelihere, 1979). Tangan kanan memegang pangkal ekor, jari-jari tangan kiri yang menggunakan glove dan sudah diberi sabun pelicin dikerucutkan untuk masuk ke dalam rektum. Tekan dinding rektum pada bagian dasar agar bibir vulva terbuka lebar, dan masukkan ujung gun ke dalam vagina (Puspitnak, 2000). Insemination gun dimasukkan melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix. Raba cervix dengan telapak tangan, jangan menggenggam pada vagina atau corpus. Cervix yang lebih kaku karena berdinding tebal dapat dengan mudah dikenal (Toelihere, 1979). Kadang-kadang ujung gun dapat tertahan di lipatan cervix. Cara menanggulanginya adalah dengan menggenggam cervix, tarik gun ke belakang sedikit kemudian dorong ke depan sehingga lipatan cervix menjadi lurus dan gun dapat dengan mudah masuk mencapai pangkal cervix (Puspitnak, 2000). Seluruh prosedur inseminasi sukar dikuasai tanpa peragaan, untuk itu diperlukan latihan ketrampilan, dengan seorang instruktur yang khusus dan terampil (Partodihardjo, 1980). 2.3.5. Sistem pencatatan (recording) Pencatatan (recording) dalam pelaksanaan inseminasi buatan merupakan hal yang penting. Pencatatan diperlukan untuk menentukan maju mundurnya program inseminasi buatan pada satu individu betina, pada sekelompok ternak betina dalam suatu peternakan, pada sekelompok ternak betina dalam suatu daerah atau wilayah inseminasi buatan, bahkan maju mundurnya program inseminasi buatan secara nasional (Toelihere, 1979). Recording dalam suatu usaha peternakan sangat perlu dilakukan, karena berguna untuk mengetahui silsilah, kemampuan produksi, kemampuan reproduksi, dan asal-usul (Siregar, 1993). Umumnya organisasi IB di berbagai daerah memakai sistem pencatatan, bahkan ada yang memakai rangkap tiga. Satu untuk inseminator, satu untuk pemilik ternak dan satu lagi untuk Dinas Peternakan (Partodihardjo, 1980). Agar pencatatan dapat berjalan lancar, maka setiap peternak peserta peserta IB diwajibkan memiliki kartu IB yang berisi hal-hal yang diperlukan bagi pelaksanaan program IB. Kartu IB yang dimiliki oleh peternak berisi tanggal inseminasi, nomor registrasi, keadaan berahi, kode batch semen, nama inseminator, nama pemilik dan alamat (Dirjen Peternakan, 2012). BAB III MATERI DAN METODE Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2013 sampai 5 Maret 2013 di Pos Inseminasi Buatan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 3.1. Materi Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan mengenai tatalaksana IB adalah sapi betina berahi milik peternak yang akan diinseminasi pada waktu Praktek Kerja Lapangan di Kecamatan Getasan, semen beku sapi jantan dan air. Alat yang digunakan adalah termos berisi nitrogen cair, insemination gun untuk mendeposisikan semen, gunting straw, plastic sheat, sarung tangan plastik untuk membungkus tangan inseminator dan kartu recording untuk mencatat kegiatan pelaksanaan IB. 3.2. Metode Metode yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan tentang tatalaksana IB adalah survey, dengan cara mengikuti inseminator, bertanya, melihat dan praktek melaksanakan inseminasi. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pengamatan kegiatan inseminasi yang dilakukan oleh inseminator, wawancara dengan peternak dan inseminator, serta praktek pelaksanaan inseminasi (apabila diperbolehkan oleh inseminator). Data sekunder meliputi data recording mengenai IB yang diperoleh dari pos IB Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Parameter yang diamati adalah deteksi berahi yang dilakukan pada sapi betina, penanganan sapi betina yang diinseminasi, pengangkutan semen beku, thawing, prosedur inseminasi, dan sistem pencatatan. 1. Deteksi berahi: melakukan pengamatan pada sapi betina yang berahi dan melakukan wawancara dengan peternak dan inseminator. 2. Penanganan betina yang diinseminasi: melakukan pengamatan pada sapi betina yang diinseminasi dan melakukan wawancara dengan inseminator. 3. Pengangkutan semen beku: melakukan pengamatan terhadap metode pengangkutan semen beku dan melakukan wawancara dengan inseminator. 4. Thawing: melakukan pengamatan terhadap metode thawing dan melakukan wawancara dengan inseminator. 5. Prosedur inseminasi: melakukan pengamatan terhadap prosedur inseminasi, melakukan wawancara dengan inseminator dan melakukan praktek inseminasi sendiri. 6. Sistem pencatatan: melakukan wawancara dengan inseminator. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif mengenai deteksi berahi pada sapi betina, penanganan sapi betina yang akan diinseminasi, pengangkutan semen beku, thawing, prosedur inseminasi, dan sistem pencatatan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Getasan terletak di kaki Gunung Merbabu wilayah administratif Kabupaten Semarang. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banyubiru, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang. Peta wilayah dan denah lokasi Kecamatan Getasan disajikan pada lampiran 1 dan 2. Kecamatan Getasan merupakan dataran tinggi dengan bentuk wilayah bergelombang hingga bergunung, ketinggian dari permukaan laut tertinggi berada di Dusun Ngaduman, Desa Tajuk (1750 dpl) dan terendah di Dusun Sodong, Desa Polobogo (400 dpl). Data populasi ternak terbaru per Juli 2011 menunjukkan bahwa populasi sapi perah di Kecamatan Getasan berjumlah 20324 ekor dengan jumlah akseptor pada tahun 2012 sebanyak 1775 ekor. Akseptor pada tanggal 4 Februari 2013 sampai 5 Maret 2013 sebanyak 115 akseptor disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran 3. Tabel 1. Data Populasi Ternak Terbaru Kecamatan Getasan per Juli 2011. No Desa Sapi Potong Sapi Perah Babi Kambing Domba 1. Kopeng 9 1235 3145 0 425 2. Tolokan 116 741 4352 0 378 3. Nogosaren 5 1055 0 0 95 4. Ngrawan 3 772 0 0 134 5. Wates 66 647 0 0 219 6. Batur 165 2603 0 0 1812 7. Getasan 0 1376 4350 0 169 8. Manggihan 112 924 0 125 164 9. Sumogawe 22 3684 4001 102 798 10. Samirono 201 1761 1450 0 425 11. Tajuk 105 2002 0 0 364 12. Jetak 57 1967 0 125 489 13. Polobogo 0 1557 400 975 1820 Jumlah 861 20324 17698 1327 7292 Sumber: BPS saat sensus sapi dan kerbau di Kecamatan Getasan. 4.2. Deteksi Berahi Deteksi berahi dilakukan untuk memastikan kapan waktu sapi akan diinseminasi. Peternak di wilayah Kecamatan Getasan melakukan deteksi berahi pada saat pemberian pakan yaitu pada pagi dan sore hari. Peternak melakukan deteksi berahi dengan cara mengamati vulva dan tingkah laku sapi. Peternak menyatakan sapi sedang berahi apabila vulva terlihat bengkak, berlendir dan berwarna merah, serta apabila tingkah laku ternak terlihat gelisah. Menurut Toelihere (1979) deteksi atau observasi berahi harus dilakukan paling sedikit dua kali sehari, di pagi dan petang. Peternak yang menyatakan sapi tersebut berahi akan menghubungi inseminator untuk meminta jasa pelayanan IB. Setelah inseminator tiba di lokasi peternakan, inseminator akan segera melakukan deteksi berahi. Menurut inseminator, ternak yang sedang berahi ditandai dengan vulva yang berwarna merah, bengkak, hangat, berlendir, serta ternak tersebut terlihat gelisah dan berteriak-teriak. Salisbury dan VanDemark (1961) menyatakan bahwa berahi ditandai dengan vulva makin membengkak dan vestibulum berwarna kemerah merahan, bengkak dan basah. Terlihat pengeluaran lendir tipis, bening, yang mudah melekat, jernih dan kental sering terlihat menggantung dari vulva selama berahi (Ilustrasi 1). Disamping itu sapi yang berahi tingkah lakunya sering menguak dan tidak tenang.
Ilustrasi 1. Sapi Berahi yang Vulvanya Mengeluarkan Lendir. 4.3. Penanganan Sapi Betina yang Diinseminasi Ternak yang dinyatakan berahi oleh inseminator kemudian dipersiapkan untuk segera diinseminasi. Persiapan sapi betina dilakukan dengan cara mengencangkan tali kekang ternak kemudian ditambatkan pada sebuah patok dan dipegang oleh sang pemilik ternak, hal ini dilakukan untuk memudahkan inseminator dalam melakukan inseminasi (Ilustrasi 2). Dirjen Peternakan (2012) menyatakan bahwa sapi yang berahi sebaiknya diberi penghalang dengan diikat atau dijepit agar sapi tidak dapat leluasa bergerak.
Ilustrasi 2. Sapi Betina yang Ditambatkan. 4.4. Pengangkutan Semen Beku Semen beku yang terdapat di Pos IB Kecamatan Getasan disimpan dalam sebuah container besar tipe 34XT dengan volume 34 liter yang berisi nitrogen cair. Toelihere (1979) menyatakan semen beku harus selalu disimpan dalam container berisi nitrogen cair yang bersuhu -196°C untuk mempertahankan kehidupan spermatozoa. Pengangkutan semen beku dari Pos IB Kecamatan Getasan menuju ke peternak ada 2 macam, yaitu pengangkutan menggunakan tabung reaksi dan pengangkutan menggunakan termos berisi nitrogen cair. Pengangkutan semen dilakukan setelah inseminator mendapat permintaan inseminasi dari peternak. Pengangkutan cara pertama yaitu dengan tabung reaksi dilakukan apabila jarak yang ditempuh dari Pos IB menuju peternak selama 15-30 menit, serta jumlah straw yang diangkut tidak lebih dari tiga (Ilustrasi 3). Metode pengangkutan dengan tabung reaksi ini sekaligus thawing dalam air biasa suhu luar yaitu ± 25°C.
Ilustrasi 3. Tabung Reaksi untuk Pengangkutan dan Thawing. Pengangkutan cara kedua yaitu menggunakan termos berisi nitrogen cair (Ilustrasi 4). Metode pengangkutan semen beku menggunakan termos berisi nitrogen cair dilakukan apabila jarak yang ditempuh lebih dari 30 menit dan apabila jumlah straw yang diangkut lebih dari tiga. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa straw yang akan dibawa ke tempat sapi betina sebaiknya dimasukkan ke dalam sebuah termos berisi nitrogen cair agar spermatozoa tidak mati.
Ilustrasi 4. Termos Berisi Nitrogen Cair. 4.5. Thawing Thawing yang dilakukan sebelum inseminasi berfungsi untuk mengencerkan kembali semen beku. Proses thawing di Pos IB Kecamatan Getasan dilakukan dengan mencelupkan straw dalam air biasa suhu luar yaitu ± 25°C. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa thawing dilakukan dengan mencelupkan straw ke dalam air dengan temperatur luar (25°-27°C). Namun proses thawing di Pos IB Kecamatan Getasan dilakukan terlalu lama yaitu 15-30 menit. Hal ini dikarenakan thawing dilakukan selama semen beku diangkut dalam tabung reaksi (Ilustrasi 3). Menurut Partodihardjo (1980), thawing dilakukan selama setengah menit. Proses thawing yang terlalu lama dapat mengakibatkan kegagalan kebuntingan, karena kemungkinan spermatozoa yang ada pada semen beku ketika diinseminasikan motilitasnya rendah. Toelihere (1979) menyatakan jarak waktu antara thawing dan inseminasi yang terlalu lama dapat menimbulkan penurunan fertilitas semen. Apabila straw yang akan digunakan untuk inseminasi diangkut dalan termos berisi nitrogen cair, maka proses thawing tidak dilakukan. Straw yang baru dikeluarkan dari termos kemudian dimasukkan dalam insemination gun. Thawing tidak dilakukan dengan alasan semen beku akan mencair dengan sendirinya oleh suhu tubuh sapi betina ketika sudah diinseminasi. Thawing yang tidak dilakukan dapat menyebabkan spermatozoa mati, disebabkan oleh kenaikan suhu yang drastis. Toelihere (1979) menyatakan bahwa suhu semen beku yang naik turun akan mematikan spermatozoa. 4.6. Prosedur Inseminasi Teknik inseminasi yang digunakan oleh inseminator di Pos IB Kecamatan Getasan adalah inseminasi metode rektovaginal. Apabila ternak telah dipastikan dalam keadaan berahi, inseminator akan mempersiapkan insemination gun yang digunakan untuk melakukan inseminasi (Ilustrasi 5). Persiapan yang dilakukan adalah mengambil straw dari tabung berisi air yang telah dithawing terlebih dahulu, kemudian masukkan straw tersebut ke dalam insemination gun. Memotong ujung straw tepat di bawah penyumbat dengan menggunakan gunting, kemudian memasang plastic sheat pada insemination gun. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa teknik mempersiapkan insemination gun adalah memasukkan straw ke dalam insemination gun, gunting ujung straw, kemudian membungkus insemination gun dengan plastic sheat.
Ilustrasi 5. Menyiapkan Insemination Gun. Setelah insemination gun siap, inseminator akan melakukan palpasi rektal menggunakan tangan kiri yang telah memakai glove dan telah dibasahi dengan air dan sabun yang bertujuan untuk mempermudah palpasi ketika tangan masuk ke dalam rektum. Tangan kiri dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rektum dengan posisi telapak tangan mengerucut. Apabila terdapat feses di dalam rektum, maka rektum dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan feses. Setelah rektum bersih, tangan kiri kembali dimasukkan ke dalam rektum untuk melakukan palpasi rektal yang bertujuan untuk mencari letak cervix sapi betina agar semen dapat dideposisikan. Setelah cervix ditemukan, genggam cervix kemudian masukkan insemination gun dari vulva menuju vagina sampai ke cervix (Ilustrasi 6). Semen kemudian dideposisikan di pangkal cervix.
Ilustrasi 6. Melakukan Inseminasi. Toelihere (1979) menyatakan bahwa cara untuk melakukan inseminasi adalah memasukkan insemination gun melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar cervix pada posisi 4 (Ilustrasi 7). Posisi dengan nomor yang kecil (3, 2, 1, 0) memberi angka konsepsi yang rendah sedang penempatan semen pada posisi dengan nomor yang makin besar (5, 6, 7) makin merusak jaringan endometrium.
Ilustrasi 7. Skema Posisi Peletakan Semen (Toelihere, 1979). 4.7. Sistem Pencatatan (Recording) Recording di Pos IB Kecamatan Getasan berguna untuk mengetahui siklus berahi ternak, mengecek kebuntingan, mengetahui usia kebuntingan dan mengetahui waktu kelahiran. Siregar (1993) menyatakan bahwa recording dalam suatu usaha peternakan berguna untuk mengetahui kemampuan reproduksi suatu ternak. Sistem pencatatan yang terdapat di Pos IB Kecamatan Getasan ada dua macam, yaitu kartu kegiatan IB yang diberikan oleh inseminator kepada pemilik ternak yang dapat dilihat pada lampiran 4, dan sistem pencatatan milik inseminator sendiri. Sistem pencatatan milik inseminator tersebut akan dibuat dalam bentuk laporan pada setiap akhir bulan untuk kemudian diberikan pada Dinas Peternakan. Format laporan IB di Pos IB Kecamatan Getasan disajikan pada lampiran 5. Hal-hal yang dicatat pada kartu recording di Pos IB meliputi tanggal IB, nama pejantan dari semen beku, nomor batch straw, status berahi, serta tanda tangan petugas. Menurut Dirjen Peternakan (2012), kartu IB yang dimiliki oleh peternak berisi tanggal, nomor registrasi, tingkat berahi, kode semen, nama inseminator, nama pemilik dan alamat. Sistem pencatatan yang dimiliki oleh inseminator berisi tanggal IB, nomor register, inseminasi ke-, nama pemilik ternak, alamat, kode semen, dan paraf petugas. Sebenarnya di Pos IB Kecamatan Getasan terdapat program pencatatan secara komputerisasi dengan menggunakan aplikasi bernama SISI (Sistem Informasi Sapi Perah Indonesia) yang diberikan oleh Dinas Peternakan (Ilustrasi 8). Namun karena tidak ada petugas yang bekerja mengolah data dan karena ternak di Kecamatan Getasan belum semua diidentifikasi, maka aplikasi ini tidak digunakan.
Ilustrasi 8. Aplikasi Recording SISI (Sistem Informasi Sapi Perah Indonesia) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Deteksi sapi berahi oleh peternak berdasarkan pada vulva berwarna merah, bengkak, hangat, berlendir, ternak yang terlihat gelisah dan berteriak-teriak. Penangan sapi betina yang akan di-IB dilakukan dengan menambatkan ternak pada patok. Pengangkutan semen beku yang hanya menggunakan tabung reaksi berisi air dan proses thawing dilakukan selama perjalanan dari Pos IB sampai ke lokasi peternakan. Teknik IB menggunakan metode rektovaginal. Sistem pencatatan ada dua macam yaitu sistem pencatatan yang dimiliki oleh peternak dan sistem pencatatan yang dimiliki oleh inseminator. 5.2. Saran Metode pengangkutan semen beku di Pos IB Kecamatan Getasan sebaiknya menggunakan termos ataupun container kecil yang telah diberi oleh Dinas Peternakan agar kualitas semen tetap baik dan proses thawing yang dilakukan sebaiknya tidak terlalu lama. Perlu dilakukan pencatatan yang baik untuk data evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan IB. DAFTAR PUSTAKA Arifin, R. 2008. Budidaya Ternak Sapi Perah (Cultivation Livestock Dairy Cow). http://www.bejok.com. 18 Maret 2013 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Budidaya Ternak. 2012. Pedoman Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB). Kementerian Pertanian RI, Jakarta. www.deptan.go.id. 21 Januari 2013 Herdis, I. Kusuma, dan M. Surachman.2001. Inseminasi Buatan Teknologi Tepat Guna Solusi dalam Meningkatkan Populasi Ternak Akibat Krisis Ekonomi. Direktorat Teknologi Budidaya Pertanian Deputi Bidang TAB-BPPT, Jakarta. Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. ITB, Bandung. (Diterjemahkan oleh: D.K. Harya Putra) Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta. Pusat Pengembangan Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio Ternak (Puspitnak). 2000. Tata Cara Inseminasi Buatan pada Sapi. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. www.agribisnis.deptan.go.id. 21 Januari 2013 Salisbury, G.W., dan N.L. VanDemark. 1961. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: R. Djanuar) Siregar, S. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudono, A., R.F. Rosdiana, dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Syarief, M. Z., dan R.M. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta. Toelihere, M.R. 1979. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung. Wodzicka-Tomaszewska, M., I K. Sutama, I G. Putu, dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh: I.K. Sutama, I.G. Putu, dan T.D. Chaniago) LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Wilayah Kecamatan Getasan Lampiran 2. Denah Pos IB Kecamatan Getasan Lampiran 3. Daftar Akseptor Inseminasi Buatan di Pos IB Kecamatan Getasan Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas 4 Feb 2013 1. Badi Ngelo Braden Harmanto 2. Turut Kalipancur Braden Harmanto 3. Wardi Padan Braden Bardi 4. Rusiana Getasan Braden Bardi 5 Feb 2013 1. Kardi Tajuk Braden Harmanto 2. Sutrisno Batur Braden Bardi 3. Marsudi Sumogawe Justin Bardi 4. Rusno Jampelan Justin Agus 5. Jasman Ngrawan Braden Bardi 6. Waluyo Tayeman Prakosa Bardi 6 Feb 2013 1. Suwardi Batur Braden Harmanto 2. Marsudi Sumogawe Filmore Bardi 3. Junet Batur Braden Harmanto 4. Wagimin Krangkeng Braden Bardi 5. Karno Samirono Braden Bardi 6. Marsudi/0087 Sumogawe Filmore Bardi 7 Feb 2013 1. Wahono Gedhong Braden Bardi 2. Darmo Sumogawe Braden Harmanto 3. Tomi Ngelo Prakosa Bardi 4. Sigit Kopeng Braden Bardi 8 Feb 2013 1. Tubari Ngrawan Braden Bardi 2. Juri Nagasaren Prakosa Bardi 3. Bambang Salaran Braden Bardi 4. Yono Kopeng Braden Bardi 5. Junet Batur Prakosa Harmanto 6. Judi Dukuh Justin Bardi 7. Karsono Kebonpete Justin Bardi 8. Rasubi Pandanan Prakosa Bardi 9 Feb 2013 - - - - - 10 Feb 2013 1. Soni Batur Prakosa Bardi 2. Junedi Gedhong Braden Bardi 3. Sutarman Gedhong Braden Bardi 4. Soleh Ngagrong Braden Bardi 11 Feb 2013 1. Kelik Merapi Braden Bardi 2. Sardi Ketawang Prakosa Harmanto 3. Karnoto Mulungan Prakosa Harmanto 4. Ngadi Tajuk Braden Harmanto 5. Tarman Kalipancur Braden Agus 6. Budi Getasan Braden Bardi Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas 12 Feb 2013 1. Pandi Sewu Braden Agus 2. Musimin Kalipancur Prakosa Bardi 3. Yadi Padan Braden Bardi 4. Sumeri Nagasaren Justin Bardi 13 Feb 2013 1. Seno Ngrawan Braden Harmanto 2. Ngadi Ngrawan Braden Harmanto 14 Feb 2013 1. Slamet Kopeng Braden Bardi 2. Junedi Ngrawan Braden Bardi 3. Muhammad Ngelo Justin Harmanto 4. Karyono Nagasaren Justin Bardi 5. Jono Ngablak Braden Bardi 15 Feb 2013 - - - - - 16 Feb 2013 1. Hendi Krangkeng Braden Bardi 17 Feb 2013 1. Noto Getasan Braden Bardi 2. Sutiyo Nagasaren Braden Bardi 3. Sodiq Nagasaren Braden Bardi 4. Harman Tolokan Braden Agus 5. Suto Dalangan Prakosa Agus 6. Seno Getasan Justin Agus 7. Paimin Krangkeng Prakosa Agus 18 Feb 2013 1. Pardi Kopeng Braden Bardi 2. Darmuji Krangkeng Braden Bardi 3. Sumani Mulungan Braden Harmanto 4. Riyono Pandanan Justin Agus 19 Feb 2013 1. Maryoto Krangkeng Braden Harmanto 2. Bejo Nagasaren Braden Bardi 3. Wandi Nagasaren Braden Bardi 4. Marsudi/L323 Sumogawe Filmore Bardi 5. Marsudi/06000 Sumogawe Filmore Bardi 20 Feb 2013 1. Sumar Krangkeng Justin Bardi 2. Karyono Nagasaren Justin Agus 3. Sukardi Ngrawan Braden Bardi 4. Sunar Padan Braden Bardi 5. Ferdi Bumiharjo Braden Harmanto 21 Feb 2013 1. Marimin Ngrawan Braden Bardi 2. Ezka Nagasaren Braden Bardi 3. Waluyo Nagasaren Braden Bardi Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas 22 Feb 2013 1. Yono Kopeng Prakosa Harmanto 2. Rebo Gedhong Prakosa Harmanto 3. Suradi Mulungan Prakosa Harmanto 4. Paidi Deplongan Prakosa Bardi 5. Pardi Sewu Prakosa Banjar 6. Broto Polobogo Justin Agus 23 Feb 2013 1. Muji Blancit Braden Bardi 2. Sutrisno Kasiran Braden Bardi 3. Darno Krangkeng Braden Bardi 4. Sutimin Krangkeng Justin Bardi 5. Soleh Ngagrang Braden Agus 24 Feb 2013 - - - - - 25 Feb 2013 1. Marno Kopeng Justin Agus 2. Margono Kenteng Prakosa Harmanto 3. Rasidi Thekelan Braden Tarman 4. Narto Bagongan Prakosa Harmanto 26 Feb 2013 1. Parjan Gondang Prakosa Harmanto 2. Rasid Getasan Prakosa Harmanto 3. Narto Ngrawan Prakosa Harmanto 27 Feb 2013 1. Soleh Ngagrang Justin Agus 2. Kosman Ngrawan Braden Bardi 3. Nova Dalangan Braden Bardi 4. Kabul Mulungan Prakosa Agus 5. Sutari Getasan Justin Agus 28 Feb 2013 1. Suhut Kledokan Prakosa Harmanto 2. Daryono Ploso Prakosa Tarman 3. Trisno Ngagrang Prakosa Agus 1 Mar 2013 1. Yono Srandil Braden Tarman 2. Agus Kalipancur Justin Agus 3. Badi Kopeng Prakosa Agus 4. Pardi Batur Prakosa Harmanto 2 Mar 2013 1. Yamin Thekelan Prakosa Tarman 2. Subardi Thekelan Prakosa Tarman 3. Mardi Kopeng Braden Agus 4. Junedi Nagasaren Prakosa Agus 5. Noto Ngrawan Prakosa Agus 3 Mar 2013 - - - - - 4 Mar 2013 1. Pardi Nagasaren Prakosa Harmanto 2. Ngadi Getasan Justin Bardi 3. Sumardi Kopeng Prakosa Bardi Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal No. Peternak / Kode Ternak Alamat Nama Pejantan Petugas 5 Mar 2013 1. Darno Kopeng Braden Agus 2. Indra Batur Braden Bardi 3. Tanto Nagasaren Prakosa Bardi Lampiran 4. Kartu Kegiatan Inseminasi Buatan Lampiran 5. Format Laporan Inseminasi Buatan Lampiran 6. Surat Keterangan Praktek Kerja Lapangan